A.
Pengertian Nikel
Nikel
ditemukan oleh Cronstedt pada tahun 1751 dalam mineral yang disebutnya
kupfernickel (nikolit). Nikel
adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan
karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan
besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras.
Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak
diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok dan peralatan memasak),
ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta komponen industri.
Nikel
merupakan komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi ciri
komponen yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Meteorit besi atau
siderit, dapat mengandung alloy besi dan nikel berkadar 5-25%. Nikel diperoleh
secara komersial dari pentlandit dan pirotit di kawasan Sudbury Ontario, sebuah
daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan dunia akan nikel. Deposit nikel lainnya
ditemukan di Kaledonia Baru, Australia, Cuba, dan Indonesia.
B.
Sifat-sifat Nikel
Nikel
berwarna putih keperak-perakan dengan pemolesan tingkat tinggi. Bersifat keras,
mudah ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang agak baik
terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal, yang dapat
menghasilkan alloy yang sangat berharga.
Kegunaan
Nikel
digunakan secara besar-besaran untuk pembuatan baja tahan karat dan alloy lain
yang bersifat tahan korosi, seperti Invar, Monel , Inconel , dan Hastelloys.
Alloy tembaga-nikel berbentuk
tabung banyak digunakan untuk pembuatan instalasi proses penghilangan garam
untuk mengubah air laut menjadi air segar.
Nikel,
digunakan untuk membuat uang koin, dan baja nikel untuk melapisi senjata dan
ruangan besi (deposit di bank), dan nikel yang sangat halus, digunakan sebagai
katalis untuk menghidrogenasi minyak
sayur (menjadikannya padat). Nikel juga digunakan dalam keramik, pembuatan
magnet Alnico dan baterai penyimpanan Edison .
Isotop
Nikel
sulfat dan nikel oksida adalah senyawa yang penting. Nikel alam adalah camuran
dari lima isotop stabil, ada pula sembilan isotop lainnya yang tidak stabil.
Penanganan
Terpapar
dengan logam nikel dan senyawa nikel yang mudah larut tidak boleh melebih 0,05
mg/cm3 (selama 8 jam kerja per hari = 40 jam seminggu). Uap dan debu
nikel sulfida beresiko karsinogenik (Khopkar, 1990).
Titrasi
kompleksometri merupakan titrasi yang berdasarkan atas pembentukan persenyawaan
kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), misalnya
Ag+ + 2CN- Ag(CN)2-
Disamping
titrasi kompleks biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang
dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA.
Rumus struktur dari EDTA adalah sebagai berikut:
HOOC
- CH2 CH3COOH
N
– CH2 – CH2 – N
HOOC - CH2 CH2COOH
Terlihat
dari strukturnya bahwa molekul tersebut mengandung baik donor elektron dari
atom oksigen maupun donor dari atom nitrogen sehingga dapat menghasilkan khelat
bercincin sampai dengan enam secara serempak (Shevla, 1990).
Sebagian
besar logam dalam larutan dapat ditentukan secara titrasi dengan larutan baku
pereaksi pengompleks seperti misalnya etilen diamin tetra asetat atau EDTA.
Reaksi dengan nikel secara stoikiometri adalah 1:1 dan berlangsung secara
kuantitatif pada pH 7. Pereaksi EDTA umum dipakai dalam bentuk garamnya yang
mudah larut dalam air. Indikator yang digunakan adalah EBT atau murexide, mampu
menghasilkan kompleks berwarna dengan ion logam tetapi berubah warna apabila
logam-logam terkomplekskan sempurna oleh EDTA pada titik akhir titrasi, karena
indikator-indikator ini juga peka terhadap perubahan pH, larutan yang akan
dititrasi harus dibuffer (Harjadi, 1993).
Keracunan
oleh nikel juga terdapat dalam tiga bentuk pertama, kontak dengan larutan,
larutan agram nikel, yang terjadi ditempat pengolahan bijih atau galvanisasi,
yang megakibatkan dermatitis. Kedua, oleh karena menghirup persenyawaan Ni
carbonyl semacam gas yang sangat beracun dan dapat mengakibatkan kematian oleh
karena bronchopneumonia hemmoragik. Ketiga penghirupan debu nikel yang
menyebeabkan tumor ganas paru-paru. NAB untuk Ni carbonyl adalah 0,001 ppm atau
0,007 mg/m3. Perlu diterangkan bahwa BDS bagian dari sejuta kesehatan
dan keselamatan kerja dan pencegahannya (Suma’mur, 1999).
B. Keracunan Nikel
Di
sekitar kita banyak penyakit yang tak terduga mengancam kesehatan kita.
Beberapa lama ini dokter di Inggris dibingungkan dengan berbagai penderitaan di
telinga dan pipi para penduduk, yang ditandai dengan adanya peradangan pada
kulit, dan merupakan tanda adanya alergi.
Nikel
adalah logam yang banyak ditemukan di berbagai produk, baik dari HP sampai ke
perhiasan dan bahkan ditemukan juga di kepala ikat pinggang, dan logam ini sangat
sering menimbulkan radang pada kulit akibat kontak, demikian penelitian yang
dilakukan oleh Mayo Clinic di Amerika (Artisita, 2009).
C. Penggunaan dalam Bidang Industri
Nikel
(Ni) sebagai bahan paduan logam banyak digunakan di berbagai industri logam, berbagai
macam baja, serta electroplating. Untuk mandayagunakan karakteristik logam yang
kuat, tahan tempa, anti-karat, tahan temperature rendah maupun tinggi, nikel
banyak digunakan sebagai campuran baja nirkarat, campuran baja berbasis logam
Ni, untuk memproduksi baterai dan katalis, sebagai bahan campuran kawat las cast iron (besi tuang) karena Ni
memiliki karakteristik low solubility pada
karbon (C), nickel screen, yaitu screen pada mesin rotary print dalam
industri printing tekstil, berbagai jenis alloy
nikel, koin, industri plumbing,
peralatan listrik, dan stainless stell.
Berbagi
macam industri menggunakan bahan baku Ni atau garam nikel, antara lain industri
kimia, industri elektronik, serta industri logam. Berbagai macam jenis produk
yang dihasilkan oleh industri logam berbahan baku Ni, antara lain compact disc (CD), baterai kering
(Ni-MH), pigmen (pewarna) cat, pelapisan permukaan (plating) logam/nonlogam, serta bahan magnetik.
Baterai
nikel dalam keadaan padat tahan terhadap udara dan air pada suhu kamar sehingga
Ni sering disepuh sebagai lapisan pelindung. Baterai Edison atau baterai
nikel-besi menggunakan KOH sebagai elektrolit berdasarkan pada reaksi :
Fe + 2 NiO(OH) + 2H2O e(OH)2 + 2
Ni(OH)2 (~1,3
V)
D. Efek Toksik
Pada
umumnya, orang bisa terpapar Ni di tempat kerja dalam produksi atau proses yang
menggunakan bahan Ni atau bisa juga melalui kontak dengan perhiasan yang
mengandung Ni, stainless steel, serta
peralatan masak yang mengandung Ni atau berbahan asam tembakau.
Paparan
nikel (Ni) bisa terjadi melalui inhalasi, oral, dan kontak kulit. Reaksi Ni dan
karbonmonoksida (CO) menghasilkan nikel karbonil (Ni[CO]4) yang bisa
terurai menjadi Ni dan CO pada pemanasan 200o C. Proses tersebut
merupakan metode yang mudah untuk pemurnian Ni. Nikel karbonil bersifat lebih
toksik dan bisa mengganggu kesehatan masyarakat dibandingkan senyawa nikel
lainnya dikarenakan nikel karbonil berbentuk cairan yang mudah menguap (volatile liquid) dan banyak digunakan
dalam berbagai industri sehingga risiko manusia terkontaminasi nikel karbonil
sangat tinggi. Gejala awal dari paparan Ni(CO)4 berupa sakit kepala,
mual, muntah, epigastrik, sakit dada, yang disertai gejala batuk-batuk,
hiperpne, sianosis, sakit lambung dan usus, serta keadaan lemah. Gejala-gejala
tersebut bisa disertai berbagai gejala demam, leukosistosis, dan pneumonia yang
parah, kegagalan pernafasan, kadang-kadang edema serebral, yang kemudian dapat
mengakibatkan kematian. Berdasarkan hasil autopsi terhadap korban yang
meninggal akibat paparan Ni(CO)4, diketahui bahwa kadar Ni tertinggi
adalah di paru-paru selanjutnya dalam jumlah rendah terdapat di ginjal, hati,
dan otak.
Paparan
Ni dalam jangka panjang seringkali tidak jelas. Paparan akut Ni berakibat
fatal, terutama terjadinya paparan nikel karbonil. Senyawa Ni paling berbahaya
adalah nikeltetrakarbonil yang mudah menguap bila terinhalasi sehingga
menimbulkan edema paru-paru. Orang yang minum air terkontaminasi nikel sulfat
atau nikel klorida akan mengalami gangguan neurologis. Paparan akut nikel
karbonil bisa mengakibatkan fibrosis pulmo atau edema ginjal.
Paparan
akut Ni dosis tinggi melalui inhalasi bisa mengakibatkan kerusakan berat pada
paru-paru dan ginjal serta gangguan gastrointestinal berupa mual, muntah, dan
diare. Berdasarkan uji toksisitas akut pada hewan, diketahui bahwa tingkat
toksisitas bervariasi dipengaruhi oleh tingkat kelarutan senyawa Ni. Senyawa
larut seperti nikel asetat lebih toksik dibandingkan senyawa Ni yang tidak
larut, seperti nickel powder.
Paparan
Ni lewat kulit secara kronis bisa menimbulkan gejala, antara lain dermatitis
nikel berupa eksema (kulit kemerahan, gatal) pada jari-jari, tangan,
pergelangan tangan, serta lengan. Paparan kronis Ni secara inhalasi bisa
mengakibatkan gangguan pada alat pernafasan, berupa asma, penurunan fungsi
paru-paru, serta bronkitis.
Paparan
inhalasi nikel oksida, nikel subsulfida, nikel sulfat heptahidrat pada hewan
uji bisa mengakibatkan munculnya gangguan paru-paru dan gangguan sistem
imunitas.
Tingginya
kadar Ni dalam jaringan tubuh manusia bisa mengakibatkan munculnya berbagai
efek samping, yaitu akumulasi Ni pada kelenjar pituitari yang bisa
mengakibatkan depresi sehingga mengurangi sekresi hormon prolaktin di bawah
normal. Akumulasi Ni pada pankreas bisa menghambat sekresi hormon insulin.
Konsumsi
makanan mengandung Ni 600 mg/hari sudah menunjukkan toksisitas pada manusia (MD’S
Choice Inc, 2000).
E. Karsinogenitas
Logam
nikel dan senyawa nikel merupakan bahan karsinogenik. Inhalasi debu mengandung
Ni-sulfida. Ni-subsulfida dapat mengakibatkan kanker paru-paru, kanker rongga
hidung, kanker pita suara, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Nikel merupakan
bahan karsinogenik alat respirasi, terutama bagi pekerja di industri pemurnian
nikel. Pekerja yang terpapar Ni ditempat kerja selama 40 tahun bisa mengalami
kanker paru-paru dan kanker nasal. Para pekerja permurnian Ni di Britain
menunjukkan risiko terkena kanker paru-paru sebesar 5 kali lipat dan risiko 150
kali lipat terkena kanker nasal dibandingkan penduduk lainnya. Demikian pula di
Norwegia, terjadi peningkatan risiko terkena kanker larink bagi pekerja di
pemurnian nikel (Ni), meningkatnya risiko kanker lambung, sarkoma jaringan
lunak bagi pekerja tambang Ni di Uni Soviet, serta meningkatnya kasus kanker
ginjal di antara para pekerja pemurnian Ni di Kanada dan Norwegia.
Para
pekerja di lingkungan industri yang menggunakan bahan Ni pada awalnya
menunjukkan perubahan sitologi pada sputa, yang selanjutnya berubah menjadi
kanker pernafasan.
Pemurnian
Ni menghasilkan nikel karbonil yang bersifat karsinogenik. Selain Ni karbonil
yang bersifat karsinogen adalah campuran nikel sulfid yang terdapat pada
batuan. Berdasarkan hasil penelitian, Ni subsulfit (Ni3S2)
yang diberikan melalui suntikan dapat menimbulkan tumor lokal di tempat bekas
suntikan pada hewan uji tikus, demikian pula inhalasi Ni3S2
pada hewan uji tikus yang bisa mengakibatkan kanker alat pernafasan. Hasil
penelitian secara in vitro
menunjukkan bahwa Ni3S2 dan NiSO4 pada sel
mamalia mampu meningkatkan terjadinya transformasi sel.
The
Environtmental Protection Agency (EPA) menetapkan debu nikel murni dan nikel
subsulfida sebagai bahan karsinogen klas A, nikel karbonil sebagai karsinogen
klas B pada manusia, dan garam nikel larut yang tidak bersifat karsinogen.
Nikel
sulfat bisa terpapar melalui inhalasi. Sementara itu, Nikel asetat dalam air
minum tidak bersifat karsinogenik pada hewan uji tikus maupun mencit.
EPA
menghitung inhalation unit risk
pemicu kanker sebesar 2,4 x 10-4 (mg/m3)-1
untuk debu nikel murni di udara. Hitungan itu berdasarkan pada kemampuan
bernafas seseorang setiap hari dengan kadar debu Ni di udara sebesar 0,004 mg/m3
atau kadar debu Ni mencapai 4 x 10-6 mg/m3 sepanjang
hidup manusia sehingga tidak seorang pun dari satu juta orang yang terserang kanker.
Apabila kadar debu nikel udara sebesar 0,04 mg/m3, maka tak
seorang pun dari seratus ribu orang yang terserang. Apabila kadar debu nikel di
udara sebesar 0,4 mg/m3,
maka tidak seorang pun dari sepuluh ribu orang yang akan terserang kanker (US
Environmental Protection Agency, 2000).
EPA
menghitung inhalation unit risk
pemicu kanker sebesar 4,8 x 10-4 (mg/m3)-1
untuk nikel subsulfida di udara. Hitungan tersebut terjadi berdasarkan
kemampuan bernafas seseorang setiap hari dengan kadar debu Ni-sulfida di udara
sebesar 0,002 mg/m3
atau kadar debu Ni mencapai 2 x 10-6 mg/m3 sepanjang
hidup manusia sehingga tidak seorang pun dari satu juta orang yang terserang
kanker. Jika kadar niklel subsulfida udara sebesar 0,02 mg/m3, maka
tidak seorang pun dari seratus ribu orang yang terserang kanker. Jika kadar
debu nikel di udara sebesar 0,2 mg/m3, maka tak seorang pun dari sepuluh ribu
orang terserang kanker (US Environmental Protection Agency, 2000).
F. Efek Defisiensi
Defisiensi
Ni bisa mengakibatkan perubahan metabolisme glukosa dan bisa menurunkan
toleransi terhadap glukosa. Pada hewan uji tikus, diketahui bahwa Ni adalah
golongan trace metal yang esensial.
Urease dari jackbean dimanfatkan
sebagai nickel metalloenzyme,
sedangkan Ni dibutuhkan untuk metabolisme urea di dalam sel kultur kacang
kedelai.
Defisiensi
Ni pada hewan uji tikus mampu menghambat pertumbuhan dan anemia., serta
mengakibatkan penurunan kadar glukosa serum dan mengganggu absorpsi Fe melalui
alat percernaan makanan. Defisiensi Ni pada ayam menunjukkan gejala, antara
lain :
- Perubahan pigmentasi dan dermatitis pada bagian bawah kaki ayam
- Terjadi abnormalitas kaki meliputi pengurangan perbandingan panjang dan lebar tibia atau penebalan pada tulang panjang. Defisiensi Ni pada babi menunjukkan gejala, antara lain penurunan laju pertumbuhan, terjadi kelambatan estrus, peningkatan mortalitas pasca kelahiran, kulit bersisik, dan terjadi parakeratosis. Defisiensi Ni pada ruminansia menunjukkan gejala, antara lain terjadinya penurunan aktivitas ruminal urease, penurunan laju pertumbuhan, serta peningkatan mortalitas.
G. Penanggulangan Toksisitas
Sodium
dietilditiokarbamat, chelating agent
seperti d-penicillamine, dan triethylenetetraamine mampu mengurangi
toksisitas Ni. British Anti Lewisite
(BAL) atau 2.3-dimerkaptopropanol sebagai chelating
agent bisa mengurangi toksisitas nikel, sedangkan dithicarb (dietilditiocarbanat) atau DDC bermanfaat sebagai obat
untuk keracunan nikel karbonil.
M. Pengendalian Nikel
1. Secara teknis
a.
Subtitusi
Pengendalian
subtitusi ini dengan menggunakan earphone
b.
Eliminasi
Pengendalian
secara eliminasi ini dengan penarikan Hp berbahan nikel di pasaran
2. Secara
Administrasi
a.
Melarang masuknya Handphone berbahan nikel di pasar
b.
Meningkatkan pengawasan terhadap beredarnya hand phone berbahan nikel
3. Penggunaan
APD
a.
Menggunakan penutup kepala (jilbab bagi wanita muslim)
b.
Menggunakan earphone
c. Menggunakan sarung Handphone
2 komentar:
bagus jg tuuuuh
sangat membantu untuk mengerjakan tugas
Posting Komentar