A. Pengertian Kromium
(Kim) unsur logam berwarna putih perak, bersifat
getas dan keras, digunakan sebagai campuran besi dalam penyepuhan; unsur dengan
nomor atom 24, berlambang Cr, dan bobot atom 51,996 (http://bahtera.org/).
Logam berat kromium (Cr) merupakan logam berat dengan berat atom 51,996
g/mol; berwarna abu-abu, tahan terhadap oksidasi meskipun pada suhu tinggi,
mengkilat, keras, memilki titik cair 1.857 ° C dan titik didih 2.678 °C,
bersifat paramagnetic (sedikit tertarik oleh magnet), membentuk senyawa-senyawa
berwarna, memilki beberapa bilangan oksidasi, yaitu +2, +3, dan +6 dan stabil
pada bilangan oksidasi+3. Bilangan oksidasi +4 dan +5 jarang ditemukan pada logam
ini. Senyawa kromium pada bilangan oksidasi +6 merupakan oksidan yang kuat.
Kromium bisa membentuk berbagai macam ion kompleks yang berfungsi sebagai
katalisator.
Kromium merupakan unsure yang melimpah yang terdapat di alam dengan
berbagai bentuk oksida, yaitu Cr (0), Cr (III), atau Cr trivalent, Cr (VI), Cr
heksavalen. Kromium secara alami bisa ditemukan di batuan, tumbuhan, hewan,
tanah dan gas, serta gunung berapi.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Keterangan Umum Unsur
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
kromium, Cr, 24
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2, 8, 13, 1
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Ciri-ciri fisik
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
7.15 g/cm³
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
6.3 g/cm³
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
21.0 kJ/mol
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
339.5 kJ/mol
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
(25 °C) 23.35 J/(mol·K)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Ciri-ciri atom
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
cubic body centered
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
ke-1: 652.9 kJ/mol
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
ke-2: 1590.6 kJ/mol
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
ke-3: 2987 kJ/mol
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Jari-jari atom (terhitung)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Lain-lain
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
(20 °C) 125 nΩ·m
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
(300 K) 93.9 W/(m·K)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
(25 °C) 4.9 µm/(m·K)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kecepatan suara (kawat tipis)
|
(20 °C) 5940 m/s
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
279 GPa
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
115 GPa
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
160 GPa
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
0.21
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
8.5
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1060 MPa
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1120 MPa
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
7440-47-3
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Isotop
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cr dan nomor atom 24. Kromium merupakan logam
tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat. Dengan sifat
ini, kromium (krom) banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen
bangunan, komponen kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor, maupun sebagai
pelapis perhiasan seperti emas, emas yang dilapisi
oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas putih.
Perpaduan
Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan karat. (http://id.wikipedia.org/)
B.
Pengertian Keracunan
Keracunan
menurut (http://bahtera.org/) yaitu terkena racun; termakan racun.
Sedangkan menurut (http://pkukmweb.ukm.my/). Keracunan ialah kesan kemasukan bahan
"substance" sama ada semula jadi atau sintetik ke dalam tubuh
manusia. Racun boleh memasuki tubuh melalui penelanan, penciuman, penyerapan
melalui kulit atau tersuntik ke bawah lapisan kulit ( seperti akibat sengatan
serangga berbisa seperti tebuan dan kala jengking atau patukan ular kapak /
tedung).
C.
Jalur Paparan (absorbsi, metabolisme, distribusi dan
ekskresi)
Bahan bahan
penyebab keracunan yang masuk kedalam tubuh dapat mempengaruhi atau merusak
tubuh manusia sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau keracunan dan
bahkan pada tingkat tertentu dapat mengakibatkan kematian. Ada berbagai jalur /
rute cara racun masuk kedalam tubuh, misalnya melalui penelanan lewat mulut,
inhalasi pernapasan, kontak lewat kulit atau mata maupun melalui suntikan dan
semua jalur tersebut adalah sama berbahayanya, dan pada tingkat tertentu untuk
semua rute dapat berakibat fatal.
1. Absorbsi Toksikan
Tahapan bahan
toksikan yg akan masuk ke dalam tubuh melalui beberapa tahapan, yakni absorpsi,
distribusi, metabolisme, ekskresi. Proses
Perjalanan Toksikan (Casarett and Doull’s,
1986) dapat dilihat pada bagan
dibawah ini.

Absorbsi toksikan merupakan perpindahan xenobiotik dari luar organisme
menuju ke aliran darah organisme. Proses absorpsi toksikan dalam tubuh dapat
melalui:
a.
Saluran pernafasan
Absorpsi toksikan pada paru berupa gas CO, NO2,
SO2, uap benzena, uap karbon tetraklorida dan aerosol.
Absorpsi gas CO oleh paru sering menyebabkan kematian begitu pula dengan
partikel silikon oleh paru menyebabkan penyakit silikosis. Partikel 5 μm (mikro meter) akan dideposit pd regio nasofaringeal. Akan melekat pd
silia hidung bag belakang dan dapat dikeluarkan melalui proses bersin. Partikel
2-5 μm dideposit pd regio trakeobronkiolar. Partikel ini
sebagian akan dikeluarkan dgn proses batuk atau bersin dan sebagian lagi
tertelan diabsorpsi oleh traktus gastrointestinal. Partikel < 1 μm akan mengalami penetrasi pada sacus alveolaris dan akan diabsorpsi
dalam darah. Zona alveolar merupakan bagian dalam paru dgn permukaan seluas
50-100 m2. gas pd alveoli hampir selalu menyatu dengan aliran darah
yang tergantung pada kelarutan gas tersebut. Gas chloroform mempunyai kelarutan
yang tinggi dalam darah dibandingkan gas ethylene. Diagram Absorpsi dan Translokasi Bahan Kimia
dlm Paru (Casarett and Doull’s, 1986)

b.
Kulit
Zat kimia dalam jumlah yang cukup besar apabila
diserap oleh kulit dapat menimbulkan efek sistematik. Contoh toksikan yang
diabsorpsi melalui kulit seperti pestisida pd pekerja perkebunan.
c.
Saluran pencernaan
Saluran pencernaan salah satu jalur absorpsi
toksikan. Masuk melalui rantai makanan dan diserap melalui saluran pencernaan.
Proses absorpsi tersebut tidak menimbulkan efek toksik kecuali jika diserap
oleh tubuh. Lambung dan usus merupakan tempat penyerapan.
d.
Injeksi
Jalan masuk paparan yg bersumber dari industri
umumnya melalui kulit atau terhirup sedangkan kejadian keracunan umumnya
tertelan (ingestion).
2. Distribusi
Toksikan
Setelah bahan kimia diserap dan dalam darah, maka dengan cepat akan
disebarkan ke seluruh tubuh dan akan tertimbun di target organ. Misalnya methyl
merkuri menembus otak, bahan yang mudah larut dalam lemak ditimbun dalam
jaringan lemak, sedangkan floride, timah hitam dan strontium ditimbun di
tulang. Mudah tidaknya zat kimia melewati dinding kapiler dan membran sel dari
suatu jaringan sangat ditentukan oleh aliran darah ke organ tersebut.
Bagian Tubuh yang Berhubungan degan Distribusi
Toksikan yaitu Liver dan Ginjal. Dua organ ini memiliki kapasitas yg lebih tinggi
dlm mengikat bahan kimia, sehingga bahan kimia lbh banyak terkonsentrasi pd
organ ini. Hal ini berhub dgn fungsi kedua organ ini dlm mengeliminasi toksikan
dlm tubuh. Liver dan ginjal mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan toksikan.
Jaringan Lemak merupakan tempat penyimpanan yg penting bagi zat yg larut dlm
lemak seperti chlordane. Toksisitas zat pd orang yg gemuk lebih rendah jika
dibandingkan orang kurus. Protein plasma dapat mengikat senyawa asing. Tulang
dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan untuk senyawa seperti fluorida, Pb.
Penyimpanan toksikan pd tulang dapat atau tidak mengakibatkan kerusakan, contoh
Pb tidak toksik pd tulang, tetapi penyimpanan fluorida dlm tulang dapat
menunjukkan efek kronik (skeletal fluorosis).
Distribusi/Persebaran Zat Xenobiotik pd Tubuh, Pada proses
penyerapan dan distribusi bahan xenobiotik dlm tubuh, kemampuan keberadaan
bahan tersebut sebagai berikut :
a
Pada keracunan bahan neurotoksik, maka bahan racun
tersebut akan menuju otak
b
Bahan toksik akan dapat ditimbun pd tubuh, misalnya
terjadi akumulasi pd jaringan lemak, otot, dan tulang
c
Metabolisme semua bahan toksik akan diproses dan
dilakukan dalam liver
d
Setelah melalui proses di dalam tubuh sisanya akan
diekskresi.
3. Metabolisme
Toksikan
Pada toksikan dalam tubuh manusia, harus diperhatikan beberapa faktor
yaitu :
- Adanya bahan
toksik/bahan toksikan
- Pemakaian bahan
toksik
- Selektivitas
Dalam proses
metabolisme bahan toksik/xenobiotik yg perlu diamati adalah tingkat
keracunan/toksisitas bahan toksik tersebut dan kualitas serta kuantitas
kerusakan yg disebabkan oleh bahan toksik tersebut.
4. Ekskresi
Toksikan
Toksikan dapat
dieliminasi dari tubuh melalui beberapa rute, antara lain :
- Ginjal ; beberapa xenobiotic
diubah terlebih dahulu menjadi bahan yang larut dalam air.
- Liver dan sistem empedu ; ekskresi seperti
Pb.
- Paru ; ekskresi gas seperti CO
Toksikan yang
dikeluarkan dari tubuh dapat ditemukan pada keringat, air mata, air liur dan air
susu ibu.
a.
Ekskresi Urine
Ginjal merupakan organ yg sangat efisien
dlm mengeliminasi toksikan dari tubuh. Senyawa toksik dikeluarkan melalui
urine.
b.
Ekskresi Empedu
Liver berperan penting dlm menghilangkan
bahan toksik dari darah setelah diabsorpsi pd saluran pencernaan, sehingga akan
dapat dicegah distribusi bahan toksik tersebut ke organ lain. Hal ini
disebabkan liver merupakan tempat terjadinya biotransformasi dari agen toksik
dan hasil metabolitnya dikeluarkan melalui empedu. Senyawa asing yg dikeluarkan
melalui empedu dikelompokkan menjadi 3 kelas berdasarkan rasio konsentrasi
toksikan di dlm plasma dgn yg ada di empedu. Kelas A bila rasio mendekati 1,
contoh sodium, patossium, glukosa, mercuri. Kelas B bila rasio antara 10-1000,
contohnya asam, bilirubin, Pb, arsenik, dan mangan. Kelas C bila rasio < 1
seperti albumin seng, besi, dan kromium. Yg paling cepat diekskresi melalui
empedu adalah senyawa kelas B.
c.
Rute Ekskresi Lainnya
Toksikan juga dapat dieluarkan dari tubuh
melalui paru, saluran pencernaan, air susu, keringat, dan air liur.
Faktor yg menentukan tingkat keracunan
1.
Komposisi bahan kimia
2.
Keadaan fisik bahan
3.
Jumlah
4.
Konsentrasi
5.
Besar partikel
6.
Route absorpsi
7.
Kombinasi dgn bahan kimia lain
8.
Lamanya pemaparan
Faktor
individu ; genetik, jenis kelamin, umur, status kesehatan, hipersensitivity dan
allergy, higiene perorangan dan prilaku atau cara hidup, keadaan hamil dan
menyusui.
d. Efek toksik pada tubuh
1. Lokal dan Sistemik
-
Lokal : Bahan yang bersifat korosif, iritatif
-
Sistemik : Terjadi setelah bhn kimia masuk, diserap dan distribusikan ke tubuh
2. Efek yang Reversible dan Irreversible
- Reversible : Bila efek yang terjadi hilang dengan dihentikannya paparan
bahan berbahaya. Biasanya konsentrasi masih rendah dan waktu singkat.
- Irreversible : Bila efek yang terjadi terus menerus bahkan jadi
parah walau pajanan telah dihentikan
(ex. Karsinoma, penyakit hati). Biasanya konsentrasi tinggi dan waktu lama
3.
Efek Langsung dan Tertunda
- Efek
langsung : segera terjadi setelah pajanan
- Efek
tertunda : efek yang terjadi beberapa waktu setelah pajanan
4.
Reaksi Alergi dan Idiosynkrasi
-
Reaksi Alergi (hipersensitivitas) terjadi karena adanya sensitisasi
sebelumnya yang menyebabkan dibentuknya
antibodi oleh tubuh
- Reaksi Idiosynkrasi
: merupakan reaksi tubuh yang abnormal karena genetik (ex. kekurangan enzim).
D. Jenis dan
Tingkat Keparahan Keracunan
Secara umum
terjadinya keracunan dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu sengaja atau
tidak sengaja. Keracunan yang disengaja erat hubungannya dengan usaha bunuh
diri ataupun penyalahgunaan obat obatan sedangkan jenis keracunan yang tidak
disengaja erat hubungannya dengan kecelakaan kerja, atau ketidak sadaran maupun
ketidak tahuan seseorang terhadap suatu produk tertentu yang dapat menimbulkan
keracunan.
Tingkat efek
racun terhadap tubuh sangat dipengaruhi oleh beberapa factor seperti : Sifat
kimia bahan penyebab keracunan, dosis, lama paparan, rute paparan serta faktor
individu korban seperti umur, jenis kelamin, derajat kesehatan tubuh, daya
tahan tubuh, kebiasaan, nutrisi, serta faktor genetik.
E. Tanda – Tanda Keracunan
Banyak sekali
gejala dan tanda tanda keracunan yang mirip dengan gejala atau tanda dari suatu
penyakit, seperti kejang, stroke dan reaksi insulin. Seseorang yang telah
mengalami keracunan kadang dapat diketahui dengan adanya gejala keracunan.
Gejala keracunan tersebut secara umum dapat berupa gejala non spesipik dan
spesipik, namun kadang-kadang sulit untuk menentukan adanya keracunan hanya
dengan melihat gejala-gejala saja. Perlu dilakukan tindakan untuk memastikan
telah terjadi keracunan dengan melakukan pemeriksaan laboratorium. Pemerikasaan
laboratorium ini dapat dilakukan melalui pemeriksaan periodik urin, tinja,
darah, kuku, rambut dan lain lain. Bila dicurigai telah terjadi keracunan maka
perlu diidentifikasi tanda dan gejala yang muncul seperti tersebut dibawah ini
:
- Luka bakar atau kemerahan di sekitar mulut dan bibir yang mungkin akibat menelan bahan kimia korosif.
- Bau napas seperti bau bahan kimia, contoh bensin, minyak tanah dan cat.
- Adanya bercak atau bau bahan pada tubuh korban, baik pada pakaian atau pada furnitur, pada lantai atau objek disekitar korban.
- Tempat obat yang telah kosong atau adanya tablet / pil yang berserakan
- Muntah, mulut berbuih, sulit bernapas, rasa kantuk yang berat, kebingungan atau gejala lain yang tidak diharapkan.
F. Pencegahan Keracunan secara Umum
Peredaran bahan
kimia semakin hari semakin pesat, hal ini disamping memberikan manfaat yang
besar juga dapat menimbulkan masalah yang tak kalah besar terhadap manusia
terutama di bidang kesehatan. Keracunan adalah salah satu masalah kesehatan
yang semakin meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang.
Angka yang
pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum diketahui secara pasti,
meskipun banyak dilaporkan kejadian keracunan di beberapa rumah sakit, tetapi
angka tersebut tidak menggambarkan kejadian yang sebenarnya di masyarakat. Dari
data statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang banyak terjadi di Indonesia
adalah akibat paparan pestisida, obat obatan, hidrokarbon, bahan kimia korosif,
alkohol dan beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam
jengkolat dan beberapa tanaman beracun lainnya.
Keracunan
adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke
dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru,
hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam
organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya
sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.
G. Usaha Usaha Mencegah Keracunan Di Tempat Kerja
Usaha usaha
pencegahan keracunan perlu dilakukan di tempat dimana bahan bahan kimia
tersebut sering digunakan. Rumah tangga merupakan salah satu tempat penggunaan
produk produk industri, sehingga perlu dilakukan langkah langkah praktis untuk
pencegahan terjadinya keracunan, disamping itu pada tempat tempat kerja baik
pada industri kecil (home industri) maupun industri besar merupakan tempat
utama terdapatnya bahan bahan kimia baik sebagai bahan baku maupun sebagai
hasil produk dari industri yang siap diedarkan kepada masyarakat sebagai
berikut :
- Manajemen program pengendalian sumber bahaya yang berupa perencanaan, organisasi, kontrol, peralatan.
- Penggunaan alat pelindung diri seperti masker, kaca mata pengaman, pakaian khusus, krim kulit, sepatu kerja, dan sebagainya.
- Ventilasi yang baik.
- Maintenance, yaitu pemeliharaan yang baik dalam proses produksi, control.
- Membuat label dan tanda peringatan terhadap sumber bahaya.
- Penyempurnaan produksi :
- Mengeleminasi sumber bahaya dalam proses produksi.
- Mendesain produksi berdasarkan keselamatan dan kesehatan kerja.
- Pengendalian / peniadaan debu, dengan memasang alat penyerap debu disetiap tahap produksi yang menghasilkan debu.
- Ruang isolasi, yaitu proses kerja yang berbahaya harus terpisah dari ruangan lainnya.
- Operasional praktis :
- Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja
- Evaluasi dan analisis keselamatan dan kesehatan kerja
- Kontrol administrasi, berupa administrasi kerja yang sehat, pengurangan jam pamaparan pada pekerja industri.
- Pendidikan, yaitu pendidikan kesehatan atau job training masalah penanganan bahan kimia beracun.
- Monitoring lingkungan kerja.
- Pemeriksaan kesehatan awal, periodik, khusus dan screening serta monitoring biologis ( darah, tinja, urine dan lainnya ).
- Sanitasi dan higiene dalam hal higiene perorangan, kamar mandi, pakaian, fasilitas kesehatan, desinfektan dan sebagainya.
- Eleminasi, pemindahan sumber bahaya.
H. Penanganan
Keracunan secara Umum
Secara umum dalam melakukan penanganan
terhadap keracunan di industri kerja ada tiga metode yaitu penanganan secara
fisik, klinis dan rehabilitatif.
1. Penanganan secara Fisik
Jika tidak ada tenaga medis di tempat maka tindakan pada
kasus keracunan yaitu sebagai berikut :
a.
Tentukan secara global apakah kasus tersebut benar –
benar keracunan.
b.
Bawa penderita segera ke RS, terutama jika tidak sadar
c.
Sebelum penderita di bawa ke RS perlu dilakukan seperti :
1. Bila zat terkena
kulit maka cucilah segera dengan sabun dan air yang banyak (mengalir). Jika
kena mata maka gunakan air saja tanpa sabun atau zat pembersih lainnya.
2. Jika penderita
tidak bernapas dan badannya masih hangat maka lakukan pernapasan buatan sampai
penderita dapat bernapas sendiri.
3. Bila tanda –
tanda penyebab menunjukkan keracunan insektisida maka tidak di benarkan meniup
ke dalam mulut penderita.
4. Jika racun
tertelan dalam batas 4 jam, cobalah dimuntahkan dengan catatan si penderita
sadar dengan mengorek – ngorek tenggorokannya (jangan sampai melukai).
5. Bila sadar
penderita diberikan norit yang dihaluskan sebanyak 40 tablet di larutkan dalam
air minum secukupnya.
6. Simpanlah
muntahan dan urin (jika dapat ditampung) untuk pemeriksaan selanjutnya.
7. Jika penderita kejang
maka letakkan dalam sikap enak dan lepas semua pakaiannya. Menahan otot lengan
dan tungkai tidak boleh terlalu keras dan di antara gigi perlu diletakkan benda
yang tidak keras supaya lidahnya tidak tergigit.
8. Jika penderita
mengalami koma maka periksalah apakan masih bernapas teratur sekitar 20 kali
dalam semenit. Jika tidak bernapas beri napas buatan lalu beri rangsangan
dengan cara mencubit ringan atau menggosok kepalan tangan di atas tulang dada.
Jika penderita muntah segera telungkupkan dia supaya muntahannya tidak terhirup
dalam paru – paru.
2. Penanganan secara Klinis
Penanganan
secara klinis adalah penangana yang memakai obat – obatan. Penangana ini
merupakan tindaka lanjut yang dilakukan setelah penanganan secara fisik.
Fungsinya yaitu untuk menstabilkan keadaan korban yang diikuti pengeluaran
racun dari perut.
3. Penanganan secara Rehabilitasi
Penanganan ini
yaitu perawatan yang diberikan kepada korban keracunan pasca pengobatan klinis.
Walaupun penanganan fisik dan obat – obatan telah diberikan maka perlu adanya
perawatan supaya kondisi tubuh korbandapat kembali stabil dan membaik.
Upaya
– upaya yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut :
a.
Mengkonsumsi makanan yangsehat dan bergizi
b.
Dengan begitu asupan zat gizi tubuh dapat terpenuhi yang
berdampak positif terhadap daya tahan
tubuhnya. Katahanan tubuh yang tinggi sangat dibutuhkan untuk perlindungan dari
serangan zat racun yang dapat mengganggu kestabilan sistem organ tubuh.
c.
Istirahat yang cukup
d.
Hal ini dilakukan karena saat keracunan organ dalam tubuh
bekerja sangat keras untuk menolak zat asing (racun) yang masuk karena
metabolisme tubuh terganggu.
e.
Pemantauan berkala
f.
Ini merupakan tugas utama petugas kesehatan karena korban
butuh perhatian dalam pemulihan kondisinya. Selain itu petugas juga harus
memberikan informasi tentang bahaya bahan – bahan toksik dalam lingkungan kerja
sehingga keracunan dapat dihindari.
I. Penggunaan Kromium dalam
Bidang Industri
Kromium digunakan
untuk tiga industry dasar, yaitu :
1.
Industri metaluragi
2.
Industri bahan kimia
3.
Industri bahan penahan panas
Berikut berbagai
kegunaan kromium:
- Bidang metalurgi untuk mencegah korosi, mengkilatkan logam antara lain sebagai bahan komponen alloy, chrome plating, water treatment. Kromium dalam jumlah kecil digunakan sebagai water treatment, katalisator, safety matches, copy machine toner, photographic chemical, magnetic tapes, pelapis pada spare-part kendaraan bermotor. Dalam bidang kesehatan, Cr digunakan sebagai bahan pembuatan alat ortopedi dan sebagai pejnak sel tumor.
- Sebagai bahan dasar pembuatan pigmen cat/warna, leather tanning, wood treatment, pada proses pencelupan industry textile, penyamakan, bidang fotografi, zat pewarna.
- Sebagai katalisator,
- Untuk pengeboran lumpur, anodized aluminium, bahan peledak serta pemberi warna cemerlang pada perkakas dari logam.
- Untuk mencuci/membersihkan alat gelas laboratorium.
J.Kasus Keracunan Krom
Kasus I:
Pencemaran
Kromium pada Tenaga Kerja Pelapisan Logam dan Lingkungan Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Pusat
Penggunaan
bahan kimia dalam proses industri menunjukkan tendensi peningkatan yang cukup
besar. Bahan kimia berpotensi menimbulkan gangguan kenyamanan, efek kesehatan,
ancaman keselamatan dan pencemaran lingkungan.
Perusaah PT. X
adalah perusahaan pelapisan logam, dimana salah satu proses produksinya
menggunakan kromium sebagai pelapisan logam dan dalam pelaksanaan prosesnya
menggunakan tenaga kerja manusia yang langsung kontak dengan kromium.
Penggunaan alat
pelindung diri pada tenaga kerja PT. X belum memadai, mereka hanya menggunakan
sarung tangan dan sepatu boot. Menurut Environmental Protection Agency (EPA),
kromium bersifat karsinogenik
Disimpulkan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara kandungan kromium dalam urine dengan
pemakaian alat pelindung. Pekerja yang menggunakan alat pelindung diri
mempunyai resiko lebih kecil untuk mendapatkan kandungan kromium tinggi
Disarankan
kepada pemerintah dan instansi terkait agar meningkatkan bimbingan dan
pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan yang menggunakan bahan-bahan kimia
berbahaya sebagai bahan baku dalam proses produksi. Disamping itu agar
meningkatkan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja dan dilaksanakan
penyuluhan tentang pentingnya penggunaan APD.
Kasus II:
Industri semen
merupakan simber pencemaran Cr udara yang potensial. Industri elcroplating,
lether tanning, dan industritekstil dalam jumlah besar membuang limbah Cr ke
sungai. Leaching lapisan tanah atas dan batuan merupakan sumber utama Cr alami
menuju badan perairan. Limbah padat dari proses industry kromat dapat mencemari
tanah dan akhirnya mencemari air tanah.
K.Efek
Toksikologi
- Karsinogenik
Pada umumnya paparan
Cr berasal dari industry kromium yang pigmennya dapat menyebabkan kanker pada
alat penapasan dan paru – paru pada pekerja karena terhirup debu Cr. Ditemukan
109 kasus kanker dalam industri yang memproduksi kromat dan 11 kasus dalam
industry yang memproduksi pigmen krom. Berdasarkan gambaran histologis terdapat
123 kasus kanker pada pekerja industry kromat, 46 kasus kanker kulit, 66 kasus
tumor anaplasia, serta 11 kasus adenokarsinoma. Berdasarkan resiko timbulnya
kanker apabila manusia menghirup udara yang mengandung Cr 1,2 x 10 -2
µg/m3.
- Alat Pencernaan
Toksisitas akut Cr
melalui alat pencernaan bisa menyebabkan nekrosis tubulus renalis. Mencerna
makanan yang mengandung kadar Cr ( VI ) tinggi bisa mengganggu pencernaan
seperti sakit lambung, muntah perdarahan, liuka lambung, kerusakan ginjal, hati
bahkan menyebabkan kematian.
- Alat Pernapasan
Gejala akut yang
terjadi seperti napas pendek, batuk – batuk, kesulitan bernapas. Sementara itu
gejala kronisnya berupa bronchitis, penurunan fungsi paru – paru dan berbagai
gejala pada alat pernapasan.
- Kulit dan mata
Paparan Cr melalui
kulit bisa berasal dari berbagai produk yang mengandung Cr seperti kayu yang
diawetkan menggunakan Cr dikromat. Paparan di kulit dapat menyebabkan kemerahan
dan pembengkakan. Paparan akut dapat menyebabkanterbakarnya kulit.
- Plasenta
Darah wanita hamil
yang twrpapar div tempat kerja bisa menurun kepada bayi. Kadar Cr dalam darah
bayi bahkan bisa lebih tinggi daripada kadar Cr dalam darah ibu. Hal ini
menunjukkan bahwa Cr bisa ditransportasikan dari ibu ke bayinya langsung maupun
melalui ASI.
L.Pencegahan
dan Penanggulangan Pencemaran
Untuk mengurangi
pencemaran Cr, lakukan beberapa hal berikut:
1.
Memaksimalkan
ekstraksi secara efisien, Cr dari kromit dan meminimalisasikan limbah Cr.
2.
Menerapkan
teknologi hemat penggunaan bahan baku Cr.
3.
Mengurangi
limbah Cr serta tindakan mendaur ulang limbah Cr sehingga pencegahan pencemaran
Cr akan memeberikan keuntungan antara lain
mengurangi biaya produksi, meningkatkan keamanan pekerja, meningkatkan
produktivitas serta meningkatkan perlindungan lingkungan.
Pencegahan
pencemaran Cr untuk industry bisa dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu:
4.
Subsitusi
bahan baku kromium dengan mengganti dengan bahan lain yang kurang atau tidak
toksik, mengurangi limbah cat dan mendaur ulang limbah cat mebjadi bahan
bangunan, misalnya lantai keramik atau aspal.
5.
Pengembangan proses industry dengan mengurangi
penggunaan bahan baku kromium serta mengurangi limbah kromium
6.
Perubahan
jenis produksi atau melakukan redesign dengan mengurangi bahan baku pigmen
kromium yang diganti dengan organic
M.Pencegahan
dan Penanggulangan Toksisitas
Usaha yang dilakukan untuk menghindari dan
mengurangi risiko terpapar krom yaitu antara lain :
1.
Menghindarkan
anak-anak bermain tanah yang tercemar
limbah
2.
Mengurangi
konsumsi suplemen kromium secara berlebihan
3.
Mengetahui
kadar kromiun pada rambut, urin dan darah baik serum, sel darah merah, maupun
whole blood guna mengetahui apakah kadar Cr telah melampui batas aman atau
telah mengkontaminasi meskipun ada kesulitan untuk membedakn kadar Cr(III)
dengan Cr(VI).
4.
Memakai APD
(masker), saat bekerja
5.
Menghindari
makanan yang kotor dan tidak higenis, serta mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan
6.
Dibuat poster
– poster tentang informasi bahan dan bahaya krom
0 komentar:
Posting Komentar