Rabu, 21 November 2012

Kromium



A.  Pengertian Kromium
(Kim) unsur logam berwarna putih perak, bersifat getas dan keras, digunakan sebagai campuran besi dalam penyepuhan; unsur dengan nomor atom 24, berlambang Cr, dan bobot atom 51,996 (http://bahtera.org/).
 
Logam berat kromium (Cr) merupakan logam berat dengan berat atom 51,996 g/mol; berwarna abu-abu, tahan terhadap oksidasi meskipun pada suhu tinggi, mengkilat, keras, memilki titik cair 1.857 ° C dan titik didih 2.678 °C, bersifat paramagnetic (sedikit tertarik oleh magnet), membentuk senyawa-senyawa berwarna, memilki beberapa bilangan oksidasi, yaitu +2, +3, dan +6 dan stabil pada bilangan oksidasi+3. Bilangan oksidasi +4 dan +5 jarang ditemukan pada logam ini. Senyawa kromium pada bilangan oksidasi +6 merupakan oksidan yang kuat. Kromium bisa membentuk berbagai macam ion kompleks yang berfungsi sebagai katalisator.
Kromium merupakan unsure yang melimpah yang terdapat di alam dengan berbagai bentuk oksida, yaitu Cr (0), Cr (III), atau Cr trivalent, Cr (VI), Cr heksavalen. Kromium secara alami bisa ditemukan di batuan, tumbuhan, hewan, tanah dan gas, serta gunung berapi.
24
vanadium ← kromium → mangan
-

Cr

Mo
Cr-TableImage.png
Keterangan Umum Unsur
kromium, Cr, 24
6, 4, d
perak metalik
Cr,24.jpg
51.9961(6) g/mol
[Ar] 3d5 4s1
Jumlah elektron tiap kulit
2, 8, 13, 1
Ciri-ciri fisik
7.15 g/cm³
6.3 g/cm³
2180 K
(1907 °
C, 3465 °F)
2944 K
(2671 °
C, 4840 °F)
21.0 kJ/mol
339.5 kJ/mol
(25 °C) 23.35 J/(mol·K)
P/Pa
1
10
100
1 k
10 k
100 k
pada T/K
1656
1807
1991
2223
2530
2942
Ciri-ciri atom
cubic body centered
6, 4, 3, 2
(strongly
acidic oxide)
ke-1: 652.9 kJ/mol
ke-2: 1590.6 kJ/mol
ke-3: 2987 kJ/mol
Jari-jari atom (terhitung)
Lain-lain
AFM (rather: SDW)
(20 °C) 125 nΩ·m
(300 K) 93.9 W/(m·K)
(25 °C) 4.9 µm/(m·K)
Kecepatan suara (kawat tipis)
(20 °C) 5940 m/s
279 GPa
115 GPa
160 GPa
0.21
8.5
1060 MPa
1120 MPa
7440-47-3
Isotop
DE (MeV)
50Cr
> 1.8×1017y
-
50Ti
51Cr
-
51V
0.320
-
52Cr
83.789%
Cr stabil dengan 28 neutron
53Cr
9.501%
Cr stabil dengan 29 neutron
54Cr
2.365%
Cr stabil dengan 30 neutron


Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat. Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bangunan, komponen kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor, maupun sebagai pelapis perhiasan seperti emas, emas yang dilapisi oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas putih. Perpaduan Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan karat. (http://id.wikipedia.org/)


B. Pengertian Keracunan
Keracunan menurut (http://bahtera.org/) yaitu terkena racun; termakan racun. Sedangkan menurut (http://pkukmweb.ukm.my/). Keracunan ialah kesan kemasukan bahan "substance" sama ada semula jadi atau sintetik ke dalam tubuh manusia. Racun boleh memasuki tubuh melalui penelanan, penciuman, penyerapan melalui kulit atau tersuntik ke bawah lapisan kulit ( seperti akibat sengatan serangga berbisa seperti tebuan dan kala jengking atau patukan ular kapak / tedung).

C. Jalur Paparan (absorbsi, metabolisme, distribusi dan ekskresi)
Bahan bahan penyebab keracunan yang masuk kedalam tubuh dapat mempengaruhi atau merusak tubuh manusia sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau keracunan dan bahkan pada tingkat tertentu dapat mengakibatkan kematian. Ada berbagai jalur / rute cara racun masuk kedalam tubuh, misalnya melalui penelanan lewat mulut, inhalasi pernapasan, kontak lewat kulit atau mata maupun melalui suntikan dan semua jalur tersebut adalah sama berbahayanya, dan pada tingkat tertentu untuk semua rute dapat berakibat fatal.
1.  Absorbsi Toksikan
Tahapan bahan toksikan yg akan masuk ke dalam tubuh melalui beberapa tahapan, yakni absorpsi, distribusi, metabolisme, ekskresi. Proses Perjalanan Toksikan (Casarett and Doull’s, 1986) dapat dilihat pada bagan dibawah ini.
Absorbsi toksikan merupakan perpindahan xenobiotik dari luar organisme menuju ke aliran darah organisme. Proses absorpsi toksikan dalam tubuh dapat melalui:
a.       Saluran pernafasan
Absorpsi toksikan pada paru berupa gas CO, NO2, SO2, uap benzena, uap karbon tetraklorida dan aerosol. Absorpsi gas CO oleh paru sering menyebabkan kematian begitu pula dengan partikel silikon oleh paru menyebabkan penyakit silikosis. Partikel 5 μm (mikro meter) akan dideposit pd regio nasofaringeal. Akan melekat pd silia hidung bag belakang dan dapat dikeluarkan melalui proses bersin. Partikel 2-5 μm dideposit pd regio trakeobronkiolar. Partikel ini sebagian akan dikeluarkan dgn proses batuk atau bersin dan sebagian lagi tertelan diabsorpsi oleh traktus gastrointestinal. Partikel < 1 μm akan mengalami penetrasi pada sacus alveolaris dan akan diabsorpsi dalam darah. Zona alveolar merupakan bagian dalam paru dgn permukaan seluas 50-100 m2. gas pd alveoli hampir selalu menyatu dengan aliran darah yang tergantung pada kelarutan gas tersebut. Gas chloroform mempunyai kelarutan yang tinggi dalam darah dibandingkan gas ethylene. Diagram Absorpsi dan Translokasi Bahan Kimia dlm Paru (Casarett and Doull’s, 1986)
                     
                      









b.      Kulit
Zat kimia dalam jumlah yang cukup besar apabila diserap oleh kulit dapat menimbulkan efek sistematik. Contoh toksikan yang diabsorpsi melalui kulit seperti pestisida pd pekerja perkebunan.
c.       Saluran pencernaan
Saluran pencernaan salah satu jalur absorpsi toksikan. Masuk melalui rantai makanan dan diserap melalui saluran pencernaan. Proses absorpsi tersebut tidak menimbulkan efek toksik kecuali jika diserap oleh tubuh. Lambung dan usus merupakan tempat penyerapan.
d.      Injeksi
Jalan masuk paparan yg bersumber dari industri umumnya melalui kulit atau terhirup sedangkan kejadian keracunan umumnya tertelan (ingestion).

2.   Distribusi Toksikan
Setelah bahan kimia diserap dan dalam darah, maka dengan cepat akan disebarkan ke seluruh tubuh dan akan tertimbun di target organ. Misalnya methyl merkuri menembus otak, bahan yang mudah larut dalam lemak ditimbun dalam jaringan lemak, sedangkan floride, timah hitam dan strontium ditimbun di tulang. Mudah tidaknya zat kimia melewati dinding kapiler dan membran sel dari suatu jaringan sangat ditentukan oleh aliran darah ke organ tersebut.
Bagian Tubuh yang Berhubungan degan Distribusi Toksikan yaitu Liver dan Ginjal. Dua organ ini memiliki kapasitas yg lebih tinggi dlm mengikat bahan kimia, sehingga bahan kimia lbh banyak terkonsentrasi pd organ ini. Hal ini berhub dgn fungsi kedua organ ini dlm mengeliminasi toksikan dlm tubuh. Liver dan ginjal mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan toksikan. Jaringan Lemak merupakan tempat penyimpanan yg penting bagi zat yg larut dlm lemak seperti chlordane. Toksisitas zat pd orang yg gemuk lebih rendah jika dibandingkan orang kurus. Protein plasma dapat mengikat senyawa asing. Tulang dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan untuk senyawa seperti fluorida, Pb. Penyimpanan toksikan pd tulang dapat atau tidak mengakibatkan kerusakan, contoh Pb tidak toksik pd tulang, tetapi penyimpanan fluorida dlm tulang dapat menunjukkan efek kronik (skeletal fluorosis).
Distribusi/Persebaran Zat Xenobiotik pd Tubuh, Pada proses penyerapan dan distribusi bahan xenobiotik dlm tubuh, kemampuan keberadaan bahan tersebut sebagai berikut :
a         Pada keracunan bahan neurotoksik, maka bahan racun tersebut akan menuju otak
b        Bahan toksik akan dapat ditimbun pd tubuh, misalnya terjadi akumulasi pd jaringan lemak, otot, dan tulang
c         Metabolisme semua bahan toksik akan diproses dan dilakukan dalam liver
d        Setelah melalui proses di dalam tubuh sisanya akan diekskresi.
3.   Metabolisme Toksikan
Pada toksikan dalam tubuh manusia, harus diperhatikan beberapa faktor yaitu :
- Adanya bahan toksik/bahan toksikan
- Pemakaian bahan toksik
- Selektivitas
Dalam proses metabolisme bahan toksik/xenobiotik yg perlu diamati adalah tingkat keracunan/toksisitas bahan toksik tersebut dan kualitas serta kuantitas kerusakan yg disebabkan oleh bahan toksik tersebut.
4.   Ekskresi Toksikan
Toksikan dapat dieliminasi dari tubuh melalui beberapa rute, antara lain :
-  Ginjal ; beberapa xenobiotic diubah terlebih dahulu menjadi bahan yang larut dalam air.
-  Liver dan sistem empedu ; ekskresi seperti Pb.
-  Paru ; ekskresi gas seperti CO
Toksikan yang dikeluarkan dari tubuh dapat ditemukan pada keringat, air mata, air liur dan air susu ibu.


a.       Ekskresi Urine
      Ginjal merupakan organ yg sangat efisien dlm mengeliminasi toksikan dari tubuh. Senyawa toksik dikeluarkan melalui urine.
b.      Ekskresi Empedu
      Liver berperan penting dlm menghilangkan bahan toksik dari darah setelah diabsorpsi pd saluran pencernaan, sehingga akan dapat dicegah distribusi bahan toksik tersebut ke organ lain. Hal ini disebabkan liver merupakan tempat terjadinya biotransformasi dari agen toksik dan hasil metabolitnya dikeluarkan melalui empedu. Senyawa asing yg dikeluarkan melalui empedu dikelompokkan menjadi 3 kelas berdasarkan rasio konsentrasi toksikan di dlm plasma dgn yg ada di empedu. Kelas A bila rasio mendekati 1, contoh sodium, patossium, glukosa, mercuri. Kelas B bila rasio antara 10-1000, contohnya asam, bilirubin, Pb, arsenik, dan mangan. Kelas C bila rasio < 1 seperti albumin seng, besi, dan kromium. Yg paling cepat diekskresi melalui empedu adalah senyawa kelas B.
c.       Rute Ekskresi Lainnya
      Toksikan juga dapat dieluarkan dari tubuh melalui paru, saluran pencernaan, air susu, keringat, dan air liur.
Faktor yg menentukan tingkat keracunan
1.       Komposisi bahan kimia
2.       Keadaan fisik bahan
3.       Jumlah
4.       Konsentrasi
5.       Besar partikel
6.       Route absorpsi
7.       Kombinasi dgn bahan kimia lain
8.       Lamanya pemaparan
Faktor individu ; genetik, jenis kelamin, umur, status kesehatan, hipersensitivity dan allergy, higiene perorangan dan prilaku atau cara hidup, keadaan hamil dan menyusui.
d.      Efek toksik pada tubuh
1.  Lokal dan Sistemik
- Lokal : Bahan yang bersifat korosif, iritatif
- Sistemik : Terjadi setelah bhn kimia masuk, diserap dan distribusikan ke  tubuh
2.  Efek yang Reversible dan Irreversible
- Reversible : Bila efek yang terjadi hilang dengan dihentikannya paparan bahan berbahaya. Biasanya konsentrasi masih rendah dan waktu singkat.
- Irreversible : Bila efek yang terjadi terus menerus bahkan jadi parah  walau pajanan telah dihentikan (ex. Karsinoma, penyakit hati). Biasanya konsentrasi tinggi dan waktu lama
3. Efek Langsung dan Tertunda
- Efek langsung : segera terjadi setelah pajanan
- Efek tertunda : efek yang terjadi beberapa waktu setelah pajanan
4. Reaksi Alergi dan Idiosynkrasi
- Reaksi Alergi (hipersensitivitas) terjadi karena adanya sensitisasi
  sebelumnya yang menyebabkan dibentuknya antibodi oleh tubuh
- Reaksi Idiosynkrasi : merupakan reaksi tubuh yang abnormal karena genetik (ex. kekurangan enzim).

D.  Jenis dan Tingkat Keparahan Keracunan
Secara umum terjadinya keracunan dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu sengaja atau tidak sengaja. Keracunan yang disengaja erat hubungannya dengan usaha bunuh diri ataupun penyalahgunaan obat obatan sedangkan jenis keracunan yang tidak disengaja erat hubungannya dengan kecelakaan kerja, atau ketidak sadaran maupun ketidak tahuan seseorang terhadap suatu produk tertentu yang dapat menimbulkan keracunan.
Tingkat efek racun terhadap tubuh sangat dipengaruhi oleh beberapa factor seperti : Sifat kimia bahan penyebab keracunan, dosis, lama paparan, rute paparan serta faktor individu korban seperti umur, jenis kelamin, derajat kesehatan tubuh, daya tahan tubuh, kebiasaan, nutrisi, serta faktor genetik.
E. Tanda – Tanda Keracunan
Banyak sekali gejala dan tanda tanda keracunan yang mirip dengan gejala atau tanda dari suatu penyakit, seperti kejang, stroke dan reaksi insulin. Seseorang yang telah mengalami keracunan kadang dapat diketahui dengan adanya gejala keracunan. Gejala keracunan tersebut secara umum dapat berupa gejala non spesipik dan spesipik, namun kadang-kadang sulit untuk menentukan adanya keracunan hanya dengan melihat gejala-gejala saja. Perlu dilakukan tindakan untuk memastikan telah terjadi keracunan dengan melakukan pemeriksaan laboratorium. Pemerikasaan laboratorium ini dapat dilakukan melalui pemeriksaan periodik urin, tinja, darah, kuku, rambut dan lain lain. Bila dicurigai telah terjadi keracunan maka perlu diidentifikasi tanda dan gejala yang muncul seperti tersebut dibawah ini :
  1. Luka bakar atau kemerahan di sekitar mulut dan bibir yang mungkin akibat menelan bahan kimia korosif.
  2. Bau napas seperti bau bahan kimia, contoh bensin, minyak tanah dan cat.
  3. Adanya bercak atau bau bahan pada tubuh korban, baik pada pakaian atau pada furnitur, pada lantai atau objek disekitar korban.
  4. Tempat obat yang telah kosong atau adanya tablet / pil yang berserakan
  5. Muntah, mulut berbuih, sulit bernapas, rasa kantuk yang berat, kebingungan atau gejala lain yang tidak diharapkan.

F. Pencegahan Keracunan secara Umum
Peredaran bahan kimia semakin hari semakin pesat, hal ini disamping memberikan manfaat yang besar juga dapat menimbulkan masalah yang tak kalah besar terhadap manusia terutama di bidang kesehatan. Keracunan adalah salah satu masalah kesehatan yang semakin meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang.
Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum diketahui secara pasti, meskipun banyak dilaporkan kejadian keracunan di beberapa rumah sakit, tetapi angka tersebut tidak menggambarkan kejadian yang sebenarnya di masyarakat. Dari data statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang banyak terjadi di Indonesia adalah akibat paparan pestisida, obat obatan, hidrokarbon, bahan kimia korosif, alkohol dan beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam jengkolat dan beberapa tanaman beracun lainnya.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.
G. Usaha Usaha Mencegah Keracunan Di Tempat Kerja
Usaha usaha pencegahan keracunan perlu dilakukan di tempat dimana bahan bahan kimia tersebut sering digunakan. Rumah tangga merupakan salah satu tempat penggunaan produk produk industri, sehingga perlu dilakukan langkah langkah praktis untuk pencegahan terjadinya keracunan, disamping itu pada tempat tempat kerja baik pada industri kecil (home industri) maupun industri besar merupakan tempat utama terdapatnya bahan bahan kimia baik sebagai bahan baku maupun sebagai hasil produk dari industri yang siap diedarkan kepada masyarakat sebagai berikut :
  1. Manajemen program pengendalian sumber bahaya yang berupa perencanaan, organisasi, kontrol, peralatan.
  2. Penggunaan alat pelindung diri seperti masker, kaca mata pengaman, pakaian khusus, krim kulit, sepatu kerja, dan sebagainya.
  3. Ventilasi yang baik.
  4. Maintenance, yaitu pemeliharaan yang baik dalam proses produksi, control.
  5. Membuat label dan tanda peringatan terhadap sumber bahaya.
  6. Penyempurnaan produksi :
  7. Mengeleminasi sumber bahaya dalam proses produksi.
  8. Mendesain produksi berdasarkan keselamatan dan kesehatan kerja.
  9. Pengendalian / peniadaan debu, dengan memasang alat penyerap debu disetiap tahap produksi yang menghasilkan debu.
  10. Ruang isolasi, yaitu proses kerja yang berbahaya harus terpisah dari ruangan lainnya.
  11. Operasional praktis :
  12. Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja
  13. Evaluasi dan analisis keselamatan dan kesehatan kerja
  14. Kontrol administrasi, berupa administrasi kerja yang sehat, pengurangan jam pamaparan pada pekerja industri.
  15. Pendidikan, yaitu pendidikan kesehatan atau job training masalah penanganan bahan kimia beracun.
  16. Monitoring lingkungan kerja.
  17. Pemeriksaan kesehatan awal, periodik, khusus dan screening serta monitoring biologis ( darah, tinja, urine dan lainnya ).
  18. Sanitasi dan higiene dalam hal higiene perorangan, kamar mandi, pakaian, fasilitas kesehatan, desinfektan dan sebagainya.
  19. Eleminasi, pemindahan sumber bahaya.

H. Penanganan Keracunan secara Umum
      Secara umum dalam melakukan penanganan terhadap keracunan di industri kerja ada tiga metode yaitu penanganan secara fisik, klinis dan rehabilitatif.
1. Penanganan secara Fisik
Jika tidak ada tenaga medis di tempat maka tindakan pada kasus keracunan yaitu sebagai berikut :
a.       Tentukan secara global apakah kasus tersebut benar – benar keracunan.
b.      Bawa penderita segera ke RS, terutama jika tidak sadar
c.       Sebelum penderita di bawa ke RS perlu dilakukan seperti :
1.      Bila zat terkena kulit maka cucilah segera dengan sabun dan air yang banyak (mengalir). Jika kena mata maka gunakan air saja tanpa sabun atau zat pembersih lainnya.
2.      Jika penderita tidak bernapas dan badannya masih hangat maka lakukan pernapasan buatan sampai penderita dapat bernapas sendiri.
3.      Bila tanda – tanda penyebab menunjukkan keracunan insektisida maka tidak di benarkan meniup ke dalam mulut penderita.
4.      Jika racun tertelan dalam batas 4 jam, cobalah dimuntahkan dengan catatan si penderita sadar dengan mengorek – ngorek tenggorokannya (jangan sampai melukai).
5.      Bila sadar penderita diberikan norit yang dihaluskan sebanyak 40 tablet di larutkan dalam air minum secukupnya.
6.      Simpanlah muntahan dan urin (jika dapat ditampung) untuk pemeriksaan selanjutnya.
7.      Jika penderita kejang maka letakkan dalam sikap enak dan lepas semua pakaiannya. Menahan otot lengan dan tungkai tidak boleh terlalu keras dan di antara gigi perlu diletakkan benda yang tidak keras supaya lidahnya tidak tergigit.
8.      Jika penderita mengalami koma maka periksalah apakan masih bernapas teratur sekitar 20 kali dalam semenit. Jika tidak bernapas beri napas buatan lalu beri rangsangan dengan cara mencubit ringan atau menggosok kepalan tangan di atas tulang dada. Jika penderita muntah segera telungkupkan dia supaya muntahannya tidak terhirup dalam paru – paru.
2.  Penanganan secara Klinis
 Penanganan secara klinis adalah penangana yang memakai obat – obatan. Penangana ini merupakan tindaka lanjut yang dilakukan setelah penanganan secara fisik. Fungsinya yaitu untuk menstabilkan keadaan korban yang diikuti pengeluaran racun dari perut.


3. Penanganan secara Rehabilitasi
Penanganan  ini yaitu perawatan yang diberikan kepada korban keracunan pasca pengobatan klinis. Walaupun penanganan fisik dan obat – obatan telah diberikan maka perlu adanya perawatan supaya kondisi tubuh korbandapat kembali stabil dan membaik.
Upaya – upaya yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut :
a.       Mengkonsumsi makanan yangsehat dan bergizi
b.      Dengan begitu asupan zat gizi tubuh dapat terpenuhi yang berdampak positif  terhadap daya tahan tubuhnya. Katahanan tubuh yang tinggi sangat dibutuhkan untuk perlindungan dari serangan zat racun yang dapat mengganggu kestabilan sistem organ tubuh.
c.       Istirahat yang cukup
d.      Hal ini dilakukan karena saat keracunan organ dalam tubuh bekerja sangat keras untuk menolak zat asing (racun) yang masuk karena metabolisme tubuh terganggu.
e.       Pemantauan berkala
f.       Ini merupakan tugas utama petugas kesehatan karena korban butuh perhatian dalam pemulihan kondisinya. Selain itu petugas juga harus memberikan informasi tentang bahaya bahan – bahan toksik dalam lingkungan kerja sehingga keracunan dapat dihindari.

I. Penggunaan  Kromium dalam Bidang Industri
Kromium digunakan untuk tiga industry dasar, yaitu :
1.      Industri metaluragi
2.      Industri bahan kimia
3.      Industri bahan penahan panas
Berikut berbagai kegunaan kromium:
  1. Bidang metalurgi untuk mencegah korosi, mengkilatkan logam antara lain sebagai bahan komponen alloy, chrome plating, water treatment. Kromium dalam jumlah kecil digunakan sebagai water treatment, katalisator, safety matches, copy machine toner, photographic chemical, magnetic tapes, pelapis pada spare-part kendaraan bermotor. Dalam bidang kesehatan, Cr digunakan sebagai bahan pembuatan alat ortopedi dan sebagai pejnak sel tumor.
  2. Sebagai bahan dasar pembuatan pigmen cat/warna, leather tanning, wood treatment, pada proses pencelupan industry textile, penyamakan, bidang fotografi, zat pewarna.
  3. Sebagai katalisator,
  4. Untuk pengeboran lumpur, anodized aluminium, bahan peledak serta pemberi warna cemerlang pada perkakas dari logam.
  5. Untuk mencuci/membersihkan alat gelas laboratorium.
J.Kasus Keracunan Krom
Kasus I:
Pencemaran Kromium pada Tenaga Kerja Pelapisan Logam dan Lingkungan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat
Penggunaan bahan kimia dalam proses industri menunjukkan tendensi peningkatan yang cukup besar. Bahan kimia berpotensi menimbulkan gangguan kenyamanan, efek kesehatan, ancaman keselamatan dan pencemaran lingkungan.
Perusaah PT. X adalah perusahaan pelapisan logam, dimana salah satu proses produksinya menggunakan kromium sebagai pelapisan logam dan dalam pelaksanaan prosesnya menggunakan tenaga kerja manusia yang langsung kontak dengan kromium.
Penggunaan alat pelindung diri pada tenaga kerja PT. X belum memadai, mereka hanya menggunakan sarung tangan dan sepatu boot. Menurut Environmental Protection Agency (EPA), kromium bersifat karsinogenik
Disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kandungan kromium dalam urine dengan pemakaian alat pelindung. Pekerja yang menggunakan alat pelindung diri mempunyai resiko lebih kecil untuk mendapatkan kandungan kromium tinggi
Disarankan kepada pemerintah dan instansi terkait agar meningkatkan bimbingan dan pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan yang menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya sebagai bahan baku dalam proses produksi. Disamping itu agar meningkatkan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja dan dilaksanakan penyuluhan tentang pentingnya penggunaan APD.
Kasus II:
Industri semen merupakan simber pencemaran Cr udara yang potensial. Industri elcroplating, lether tanning, dan industritekstil dalam jumlah besar membuang limbah Cr ke sungai. Leaching lapisan tanah atas dan batuan merupakan sumber utama Cr alami menuju badan perairan. Limbah padat dari proses industry kromat dapat mencemari tanah dan akhirnya mencemari air tanah.

K.Efek Toksikologi
  1. Karsinogenik
Pada umumnya paparan Cr berasal dari industry kromium yang pigmennya dapat menyebabkan kanker pada alat penapasan dan paru – paru pada pekerja karena terhirup debu Cr. Ditemukan 109 kasus kanker dalam industri yang memproduksi kromat dan 11 kasus dalam industry yang memproduksi pigmen krom. Berdasarkan gambaran histologis terdapat 123 kasus kanker pada pekerja industry kromat, 46 kasus kanker kulit, 66 kasus tumor anaplasia, serta 11 kasus adenokarsinoma. Berdasarkan resiko timbulnya kanker apabila manusia menghirup udara yang mengandung Cr 1,2 x 10 -2 µg/m3. 
  1. Alat Pencernaan
Toksisitas akut Cr melalui alat pencernaan bisa menyebabkan nekrosis tubulus renalis. Mencerna makanan yang mengandung kadar Cr ( VI ) tinggi bisa mengganggu pencernaan seperti sakit lambung, muntah perdarahan, liuka lambung, kerusakan ginjal, hati bahkan menyebabkan kematian.
  1. Alat Pernapasan
Gejala akut yang terjadi seperti napas pendek, batuk – batuk, kesulitan bernapas. Sementara itu gejala kronisnya berupa bronchitis, penurunan fungsi paru – paru dan berbagai gejala pada alat pernapasan.
  1. Kulit dan mata
Paparan Cr melalui kulit bisa berasal dari berbagai produk yang mengandung Cr seperti kayu yang diawetkan menggunakan Cr dikromat. Paparan di kulit dapat menyebabkan kemerahan dan pembengkakan. Paparan akut dapat menyebabkanterbakarnya kulit.
  1. Plasenta
Darah wanita hamil yang twrpapar div tempat kerja bisa menurun kepada bayi. Kadar Cr dalam darah bayi bahkan bisa lebih tinggi daripada kadar Cr dalam darah ibu. Hal ini menunjukkan bahwa Cr bisa ditransportasikan dari ibu ke bayinya langsung maupun melalui ASI.
L.Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran
Untuk mengurangi pencemaran Cr, lakukan beberapa hal berikut:
1.      Memaksimalkan ekstraksi secara efisien, Cr dari kromit dan meminimalisasikan limbah Cr.
2.      Menerapkan teknologi hemat penggunaan bahan baku Cr.
3.      Mengurangi limbah Cr serta tindakan mendaur ulang limbah Cr sehingga pencegahan pencemaran Cr akan memeberikan keuntungan antara lain  mengurangi biaya produksi, meningkatkan keamanan pekerja, meningkatkan produktivitas serta meningkatkan perlindungan lingkungan.
Pencegahan pencemaran Cr untuk industry bisa dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu:
4.      Subsitusi bahan baku kromium dengan mengganti dengan bahan lain yang kurang atau tidak toksik, mengurangi limbah cat dan mendaur ulang limbah cat mebjadi bahan bangunan, misalnya lantai keramik atau aspal.
5.       Pengembangan proses industry dengan mengurangi penggunaan bahan baku kromium serta mengurangi limbah kromium
6.      Perubahan jenis produksi atau melakukan redesign dengan mengurangi bahan baku pigmen kromium yang diganti dengan organic
M.Pencegahan dan Penanggulangan Toksisitas
      Usaha yang dilakukan untuk menghindari dan mengurangi risiko terpapar krom yaitu antara lain :
1.         Menghindarkan anak-anak bermain tanah  yang tercemar limbah
2.         Mengurangi konsumsi suplemen kromium secara berlebihan
3.      Mengetahui kadar kromiun pada rambut, urin dan darah baik serum, sel darah merah, maupun whole blood guna mengetahui apakah kadar Cr telah melampui batas aman atau telah mengkontaminasi meskipun ada kesulitan untuk membedakn kadar Cr(III) dengan Cr(VI).
4.         Memakai APD (masker), saat bekerja
5.      Menghindari makanan yang kotor dan tidak higenis, serta mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
6.         Dibuat poster – poster tentang informasi bahan dan bahaya krom

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates