2.5
Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar.
Keluarga dengan kepemilikan sarana
sanitasi dasar meliputi persediaan air bersih, kepemilikan jamban keluarga,
tempat sampah dan pengelolaan air limbah keluarga keseluruhan hal tersebut
sangat diperlukan didalam peningkatan kesehatan lingkungan.
1.
Lantai
Saat ini, ada berbagai jenis lantai
rumah. Lantai rumah dari semen atau ubin, kermik, atau cukup tanah biasa yang
dipadatkan. Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau
dan tidak becek pada musim hujan. Lantai yang basah dan berdebu merupakan
sarang penyakit.
2.
Atap
Atap genteng adalah umum dipakai
baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Di samping atap genteng adalah
cocok untuk daerah tropis juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan
masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian banyak masyarakat pedesaan
yang tidak mampu untuk itu maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat
dipertahankan. Atap seng maupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan,
disamping mahal juga menimbulkan suhu panas di dalam rumah.
3.
Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak
fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah
tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh
penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan
kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi
penghuninya menjadi meningkat. Di samping itu tidak cukupnya ventilasi akan
menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadi proses
penguapan cairan dari kulit dan penyerapan.
Kelembaban akan merupakan media yang
baik untuk bakteri-bakteri patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit). Fungsi
kedua daripada ventilasi adalah membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri
terutama bakteri patogen karena disitu selalu terjadi aliran udara yang
terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi
lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap di dalam
kelembaban (humidity) yang optimum.
Ada 2 macam ventilasi, yakni :
Ø Ventilasi alamiah, di mana aliran udara di dalam
ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin,
lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini
tidak menguntungkan karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga
lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi
kita dari gigitan-gigitan nyamuk tersebut.
Ø Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan
alat-alat khusus untuk mengalirkan udara terebut, misalnya kipas angin dan
mesin pengisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di
pedesaan. Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus
dijaga agar udara tidak mandeg atau membalik lagi, harus mengalir. Artinya di
dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.
4.
Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya
yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk
ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari disamping kurang nyaman, juga
merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit
penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan menyebabkan
silau dan akhirnya dapat merusakkan mata.
Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni:
·
Cahaya
alamiah, yakni
matahari. Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen
didalam rumah, misalnya baksil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus
mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogyanya jalan masuk cahaya
(jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15-20 % dari luas lantai yang terdapat
dalam ruangan rumah.
Perlu diperhatikan di dalam membuat jendela diusahakan agar
sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh
bangunan lain. Fungsi jendela di sini disamping sebagai ventilasi juga sebagai
jalan masuk cahaya. Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan
diusahakan agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding).
Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca.
·
Cahaya
buatan yaitu
menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah,
listrik, api dan sebagainya.
5.
Luas
Bangunan Rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat
harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut
harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding
dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini
berdampak kurang baik terhadap kesehaan penghuninya, sebab disamping
menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota keluarga terkena
penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain.
6.
Fasilitas-fasilitas
di dalam Rumah Sehat
Rumah yang sehat harus mempunyai
fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
·
Penyediaan
air bersih yang cukup,
·
Pembuangan
tinja,
·
Pembuangan
air limbah (air bekas),
·
Pembuangan
sampah,
·
Fasilitas
dapur,
·
Ruang
berkumpul keluarga,
·
Untuk
rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau belakang).
Di samping fasilitas-fasilitas
tersebut, ada fasilitas lain yang perlu diadakan tersendiri untuk rumah
pedesaan adalah kandang ternak. Oleh karena ternak adalah merupakan bagian
hidup para petani, maka kadang-kadang ternak tersebut ditaruh di dalam rumah.
Hal ini tidak sehat karena ternak kadang-kadang merupakan sumber penyakit pula.
Maka sebaiknya, demi kesehatan, ternak harus terpisah dari rumah tinggal atau
dibuatkan kandang tersendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rumah
merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping sandang dan papan,
sehingga rumah harus sehat agar penghuninya dapat bekerja secara produktif.
Konstruksi rumah dan lingkungannya yang tidak memenuhi syarat kesehatan
merupakan faktor risiko sebagai sumber penularan berbagai penyakit, khususnya
penyakit yang berbasis lingkungan.
Kawasan
kumuh adalah kawasan dimana rumah dan kondisi hunian masyarakat di kawasan tersebut
sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan
standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan
rumah sehat, kebutuhan saran air bersih, sanitasi maupun persyaratan
kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial
lainnya.
Dalam
penilaian rumah sehat, parameter rumah yang dinilai meliputi lingkup 3 (tiga)
kelompok komponen penilaian, yaitu: Kelompok komponen rumah, meliputi
langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela kamar keluarga,
dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur, pencahayaan;
3.2 Saran
Dalam
pengadaan perumahan, sangat diperlukan peran serta masyarakat karena pemerintah
dalam hal ini hanya bertindak sebagai fasilitator yang mendorong dan memberi
bantuan untuk mencapaitujuan. Pembangunan perumahan merupakan tanggung jawab
dari masyarakat sendiri sehingga potensi dan peran serta masyarakat perlu
dikembangkan dalam pembangunan perumahan.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar,
A. (1996). Pengantar Ilmu Kesehatan
Lingkungan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya.
Anonim.
(1997). Rumah dan Lingkungan Pemukiman
Sehat. Jakarta : Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum R.I.
Lily
P, Septa R dan Happy RS. (1998). Kualitas
Udara Dalam Ruangan.
Mukono
HJ.(2000). Prinsip dasar Kesehatan
Lingkungan. Surabaya: Airlangga University
Panudju,
B. (1999). Pengadaan Rumah Kota dengan
Peran Serta Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Bandung : Penerbit Alumni.
Sanropie
D. (1992). Pedoman Bidang Studi
Perencanaan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta : Departemen Kesehatan
R.I.