A. Definisi Arsen
Arsen (As) merupakan bahan kimia beracun, yang
secara alami ada di alam. Selain dapat ditemukan di udara, air maupun makanan,
arsen juga dapat ditemukan di industri seperti industri pestisida, proses
pengecoran logam maupun pusat tenaga geotermal. Elemen yang mengandung arsen
dalam jumlah sedikit atau komponen arsen organik (biasanya ditemukan pada
produk laut seperti ikan laut) biasanya tidak beracun (tidak toksik).
Arsen dapat dalam bentuk in organik bervalensi tiga
dan bervalensi lima. Bentuk in organik arsen bervalensi tiga adalah arsenik
trioksid, sodium arsenik, dan arsenik triklorida, sedangkan bentuk in organik arsen bervalensi lima
adalah arsenik pentosida, asam arsenik, dan arsenat (Pb arsenat, Ca arsenat).
Arsen bervalensi tiga (trioksid) merupakan bahan kimia yang cukup potensial
untuk menimbulkan terjadinya keracunan
akut.
Logam arsen sebenarnya tidak beracun hanya saja bila
dalam jumlah yang banyak dapat menjadi beracun. Hal ini dipengaruhi oleh
respirasi seluler dengan mengkombinasikan dengan bebrapa Sulphydril dari enzim
mitokondrial, oksidasi piruvat dan phosfatase tertentu. Arsen memiliki target
pada endotel pembuluh darah, terhitung banyaknya lesi yang disebabkan oleh
meningkatnya permeabilitas pembuluh darah, edema jaringan dan hemorrhagi, pada
saluran pencernaan.
Keracunan arsen
dapat timbul melalui saluran cerna yang berasal dari oksida arsen, bubuk putih
tidak berasa dari cuprum, sodium dan potassium arsenic, arsen dari calcium
lead, arsen sulfide, gas arsen (industri).
B. Fungsi Arsen
Adapun fungsi dari Arsen antara lain, yaitu :
1. Logam
arsenik biasanya digunakan sebagai bahan campuran untuk mengeraskan logam lain
misalnya mengeraskan Pb di pabrik aki atau melapisi kabel.
2. Arsenik
trioksid dan arsenik pentoksid biasanya dipakai di pabrik kalsium, tembaga dan
pestisida Pb arsenat.
3. Komponen
arsenik seringkali dipakai untuk memberi warna (pigmen) dan agen pemurni dalam
pabrik gelas
4. Sebagai
bahan pengawet dalam penyamakan atau pengawet kapas, ataupun sebagai herbisida.
5. Bahan
kimia copper acetoarsenit terkenal sebagai bahan pengawet kayu.
6. Bahan
arsenilik digunakan dalam obat-obatan hewan maupun bahan tambahan makanan
hewan.
7. Gas
arsen dan komponen arsenik lainnya seringkali digunakan dalam industri
mikroelektronik dan industri bahan gallium arsenide.
C.
Paparan Arsen Terhadap Tempat Kerja dan Lingkungan
Paparan arsen di tempat kerja terutama dalam bentuk
arsenik trioksid dapat terjadi pada industri pengecoran Pb (timbal), coper
(tembaga), emas maupun logam non besi yang lain.. Beberapa industri yang juga
mempunyai potensi untuk memberi paparan bahan kimia arsen adalah industri
pestisida atau herbisida, industri bahan
pengawet, industri mikro elketronik dan industri farmasi atau obat-obatan. Pada
industri tersebut, arsenik trioksid dapat bercampuran dengan debu, sehingga
udara dan air di industri pestisida dan kegiatan peleburan mempunyai risiko
untuk terpapar kontaminan arsen. Paparan yang berasal dari “bukan tempat kerja”
(non occupational exposure) adalah air sumur, susu bubuk, saus dan minuman
keras yang terkontaminasi arsen serta asap rokok.
D.
Absorbsi, Metabolisme dan Eksresi Arsen
Bahan kimia arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui
saluran pencernaan makanan, saluran pernafasan serta melalui kulit walaupun jumlahnya
sangat terbatas. Arsen yang masuk ke dalam peredaran darah dapat ditimbun dalam
organ seperti hati, ginjal, otot, tulang, kulit dan rambut.
Arsenik trioksid yang dapat disimpan di kuku dan
rambut dapat mempengaruhi enzim yang berperan dalam rantai respirasi,
metabolisme glutation ataupun enzim yang berperan dalam proses perbaikan DNA
yang rusak. Didalam tubuh arsenik
bervalensi lima dapat berubah menjadi arsenik bervalensi tiga. Hasil
metabolisme dari arsenik bervalensi 3 adalah asam dimetil arsenik dan asam mono
metil arsenik yang keduanya dapat diekskresi melalui urine.
Gas arsin terbentuk dari reaksi antara hidrogen dan
arsen yang merupakan hasil samping dari proses refining (pemurnian logam) non
besi (non ferrous metal). Keracunan gas arsin biasanya bersifat akut dengan
gejala mual, muntah, nafas pendek dan sakit kepala. Jika paparan terus
berlanjut dapat menimbulkan gejala hemoglobinuria dan anemia, gagal ginjal dan
ikterus (gangguan hati).
E.
Gejala Klinik Keracunan Arsen
Menurut Casarett dan Doull’s (1986), menentukan
indikator biologi dari keracunan arsen merupakan hal yang sangat penting. Arsen
mempunyai waktu paruh yang singkat (hanya beberapa hari), sehingga dapat
ditemukan dalam darah hanya pada saat terjadinya paparan akut. Untuk paparan kronis
dari arsen tidak lazim dilakukan penilaian.
Dalam paparan keracunan Arsen disebabkan 2 hal yaitu
:
a. Paparan
akut
Paparan
akut dapat terjadi jika tertelan (ingestion) sejumlah 100 mg As. Gejala yang
dapat timbul akibat paparan akut adalah mual, muntah, nyeri perut, diarrhae,
kedinginan, kram otot serta oedeme dibagian muka (facial).
Paparan
dengan dosis besar dapat menyebabkan koma dan kolapsnya peredaran darah. Dosis
fatal adalah jika sebanyak 120 mg arsenik trioksid masuk ke dalam tubuh.
b. Paparan
kronis
Gejala
klinis yang nampak pada paparan kronis dari arsen adalah peripheral neuropathy
(rasa kesemutan atau mati rasa), lelah, hilangnya refleks, anemia, gangguan
jantung, gangguan hati, gangguan ginjal, keratosis telapak tangan maupun kaki,
hiperpigmentasi kulit dan dermatitis. Gejala khusus yang dapat terjadi akibat
terpapar debu yang mengandung arsen adalah nyeri tenggorokan serta batuk yang
dapat mengeluarkan darah akibat terjadinya iritasi. Seperti halnya akibat
terpapar asap rokok, terpapar arsen secara menahun dapat menyebabkan terjadinya
kanker paru.
F.
Pemeriksaan Laboratorium yang Perlu dilakukan:
1. Pemeriksaan
darah
Pada keracunan akut maupun kronis
dapat terjadinya anemia, leukopenia, hiperbilirubinemia.
2. Pemeriksaan
urine
Pada keracunan
akut dan kronis dapat terjadi proteinuria, hemoglobinuria maupun hematuria.
3. Pemeriksaan
fungsi hati
Pada keracunan akut dan kronis
dapat terjadi peningkatan enzim transaminase serta bilirubin.
4. Pemeriksaan
jantung
Pada keracunan akut dan kronis
dapat terjadi gangguan ritme maupun konduksi jantung.
5. Pemeriksaan
kadar arsen dalam tubuh
Arsenik dalam urine merupakan
indikator keracunan arsen yang terbaik bagi pekerja yang terpapar arsen.
Normal
kadar arsen dalam urine kurang dari 50ug/L Kadar As dalam rambut juga merupakan
indikator yang cukup baik untuk menilai terjadinya karacunan arsen. Normal
kadar As dalam rambut kurang dari 1mug/kg. Walaupun tidak ada pemeriksaan
biokimia yang spesifik untuk melihat terjadinya keracunan arsen, namun gejala
klinik akibat keracunan As yang dihubungkan dengan mempertimbangkan sejarah
paparan merupakan hal yang cukup penting. Perlu diingat bahwa seseorang dengan
kelainan laboratorium seperti di atas tidak selalu disebabkan oleh terpapar
atau keracunan arsen. Banyak faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya
kelainan seperti di atas.
G.
Pencegahan Terjadinya Paparan Arsen
Usaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara
umum adalah pemakaian alat proteksi diri
bagi semua individu yang mempunyai potensi terpapar oleh arsen. Alat proteksi
diri tersebut misalnya :
1. Masker
yang memadai
2. Sarung
tangan yang memadai
3. Tutup
kepala
4. Kacamata
khusus
Usaha pencegahan lain adalah melakukan surveilance medis, yaitu pemeriksaan
kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap tahun. Jika
keadaan dianggap luar biasa, dapat dilakukan biomonitoring arsen di dalam
urine. Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari kadar arsen yang
berlebihan adalah perlu dilakukan pemeriksaan kualitas udara (indoor), terutama
kadar arsen dalam patikel debu.
Pemeriksaan kualitas udara tersebut setidaknya
dilakukan setiap tiga bulan. Ventilasi tempat kerja harus baik, agar sirkulasi
udara dapat lancar.
H.
Pengobatan Keracunan Arsen
Pada keracunan arsen akibat tertelan arsen, tindakan
yang terpenting adalah merangsang refleks muntah. Jika penderita tidak sadar
(shock) perlu diberikan infus. Antdote untuk keracunan arsen adalah injeksi
dimerkaprol atau BAL (British Anti Lewisite).
I.Prognosis
Pada keracunan akut, jika dilakukan penanganan dengan baik dan penderita dapat bertahan, maka akan kembali normal setelah sekitar 1 minggu atau lebih. Pada keracunan kronis akan kembali normal dalam waktu 6 – 12 bulan.
Pada keracunan akut, jika dilakukan penanganan dengan baik dan penderita dapat bertahan, maka akan kembali normal setelah sekitar 1 minggu atau lebih. Pada keracunan kronis akan kembali normal dalam waktu 6 – 12 bulan.
Keracunan arsen merupakan masuk sesuatu ke tubuh yang
mengakibatkan kerusakan pada berbagai jaringan tubuh. Pada keracunan
arsen ada beberapa alasan mengapa racun ini banyak dipergunakan untuk pembunuh, yaitu :
1.
Sifat racunnya yang tidak berasa, tidak
berwarna dan tidak berbau, membuat racun ini relatif tidak mudah diketahui oleh
korbannya jika arsen dicampurkan pada makanan dan minuman.
2.
Racun ini mempunyai efek seperti
penyakit biasa, terutama penyakit muntaber, sehingga pembunuhnya seringkali
dapat mengelabui orang lain, yang menduga korban meninggal karena penyakit
muntaber atau kolera. Kenyataannya, memang banyak dokter dan keluarga korban
yang terkecoh menyangka korban meninggal karena penyakit muntaber dan bukan
karena diracun, apalagi jika kejadian muntebernya telah berlangsung lama
dan berulang kali. Akan tetapi, seorang dokter yang berpengalaman dan waspada,
tidak mudah terkecoh, dan akan memikirkan kemungkinan keracunan arsen pada
kasus tersebut.
3.
Racun ini mudah diperoleh.
Sebagai suatu bahan kimia yang umum atau biasa digunakan untuk membasmi hama,
racun ini mudah diperoleh di toko kimia dan toko pertanian sehingga mudah
diperoleh dan disalahgunakan oleh orang yang punya niat
jahat. Orang di daerah Jawa misalnya, dapat dengan mudah membeli warangan di
toko kimia, karena bahan ini merupakan bahan yang banyak digunakan
untuk mencuci keris.
Meskipun demikian, dalam sejarahnya arsen sebenarnya bukanlah merupakan racun
yang sempurna karena sebagai racun arsen tidak terlalu efektif. Ini
artinya, tindakan meracuni orang dengan menggunakan arsen belum tentu
berhasil menyebabkan kematian pada korbannya.
Efek kematian yang
terjadi pada arsen biasanya terjadi lambat (tidak seketika) dan menimbulkan
nyeri hebat pada korban, sehingga kondisi tersebut mudah menimbulkan
kecurigaan orang.
Arsen juga bukan racun yang ideal
karena ia merupakan racun yang mudah dideteksi. Adanya penimbunan arsen di
dalam jaringan rambut dan kuku, yang merupakan jaringan yang tahan pembusukan,
membuat riwayat peracunan arsen dapat dibuktikan, bahkan juga pada kasus
dengan korban yang sudah tinggal tulang belulang sekalipun. Dengan melakukan
pemeriksaan rambut secara fragmental dari pangkal sampai ke ujung,
dan dengan memperhitungkan kecepatan pertumbuhan rambut, dokter forensik dapat
menentukan sudah berapa lama dan berapa sering korban diracun sebelum akhirnya
meninggal dunia.
Adapun beberapa kasus atau contoh dari
keracunan arsen, namun contoh yang kami dapatkan tidak menemukan kasus yang
terjadi ditempat kerja yaitu :
Contoh ini merupakan
keracunan arsen pada petani dan pekerja kebun. Karena lebih mudah terpapar
arsen. Salah satu kasus penelitian ini
dilakukan di sebuah pusat penelitian antar bangsa oleh Carlos seorang pekerja
ladang semenjak tahun 1977 hingga 1990. Terpaparnya berbagai jenis racun
termasuk arsen dalam jangka waktu tersebut. Sebelumnya korban ini dinyatakan
mengidap penyakit leukemia yang disebabkan oleh pekerjaannya. Proses keracunan
ini terjadi melalui saluran pernapasan, ketika petani menyemprotkan pestisida,
maka pestisida itu dengan mudah terhirup oleh si petani. Dimana didalam
peptisida tersebut mengandung arsen yang secara tidak langsung terhirup dan
masuk kesaluran pernafasan.
Untuk kasus yang kedua
ini, kami mengambil contoh mengenai keracunan pada saat makan. Dimana, kasus
ini korban meninggal setelah makan udang. Peristiwa ini terjadi di Manado, yang korbanya adalah
seorang wanita. Tiba-tiba wanita ini
meninggal mendadak dengan mengalami ciri-ciri, dimana lima panca
inderanya mengeluarkan darah.
Setelah diselidiki
ternyata wanita ini meninggal bukan karena bunuh diri atau dibunuh, melainkan
akibat ketidaktahuan tentang racun akibat makanan yang dikonsumsinya.
Sebelumnya wanita ini terbiasa mengkonsumsi vitamin C setiap hari. Keracunan
arsen terjadi saat wanita ini sedang memakan udang.
Dimana, dalam udang
tersebut mengandung sebuah zat yaitu
Arsenic Pentoxide (As2O5), yang berhubungan dengan Vitamin C. Dimana proses keracunan ini terjadi, dari reaksi
kimia di dalam perut yang membuat As2O5 berubah menjadi Arsenic Trioxide
(As2O3) yang menjadi beracun. Sehingga masuk ke dalam tubuh dan menyerang
bagian organ dalam tubuh yang mengakibatkan hati, jantung, ginjal, pembuluh darah
menjadi rusak, usus yang mengeluarkan cairan darah, tidak hanya pembuluh dalam
menjadi rusak, namun membuat pembuluh
darah juga melebar, sehingga wanita itu meninggal. Keracunan arsen juga dapat
masuk melalui makanan dan vitamin, yang masuk
ke dalam tubuh dan mengakibatkan kerusakan pada berbagai jaringan.
Maka perlunya memperhatikan makanan yang dikonsumsi, agar tidak mengalami
keracunan yang terjadi pada contoh diatas.
1 komentar:
halo kak.. maaf apa boleh minta pustaka/sumber buku atau jurnal tentang artikel arsen yang kakak buat ini? thanks
Posting Komentar