Rabu, 21 November 2012

Arsen



A. Definisi Arsen
Arsen (As) merupakan bahan kimia beracun, yang secara alami ada di alam. Selain dapat ditemukan di udara, air maupun makanan, arsen juga dapat ditemukan di industri seperti industri pestisida, proses pengecoran logam maupun pusat tenaga geotermal. Elemen yang mengandung arsen dalam jumlah sedikit atau komponen arsen organik (biasanya ditemukan pada produk laut seperti ikan laut) biasanya tidak beracun (tidak toksik).
Arsen dapat dalam bentuk in organik bervalensi tiga dan bervalensi lima. Bentuk in organik arsen bervalensi tiga adalah arsenik trioksid, sodium arsenik, dan arsenik triklorida, sedangkan  bentuk in organik arsen bervalensi lima adalah arsenik pentosida, asam arsenik, dan arsenat (Pb arsenat, Ca arsenat). Arsen bervalensi tiga (trioksid) merupakan bahan kimia yang cukup potensial untuk menimbulkan terjadinya  keracunan akut.
Logam arsen sebenarnya tidak beracun hanya saja bila dalam jumlah yang banyak dapat menjadi beracun. Hal ini dipengaruhi oleh respirasi seluler dengan mengkombinasikan dengan bebrapa Sulphydril dari enzim mitokondrial, oksidasi piruvat dan phosfatase tertentu. Arsen memiliki target pada endotel pembuluh darah, terhitung banyaknya lesi yang disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas pembuluh darah, edema jaringan dan hemorrhagi, pada saluran pencernaan. Keracunan arsen dapat timbul melalui saluran cerna yang berasal dari oksida arsen, bubuk putih tidak berasa dari cuprum, sodium dan potassium arsenic, arsen dari calcium lead, arsen sulfide, gas arsen (industri).
B.  Fungsi Arsen
Adapun fungsi dari Arsen antara lain, yaitu :
1.      Logam arsenik biasanya digunakan sebagai bahan campuran untuk mengeraskan logam lain misalnya mengeraskan Pb di pabrik aki atau melapisi kabel.
2.      Arsenik trioksid dan arsenik pentoksid biasanya dipakai di pabrik kalsium, tembaga dan pestisida Pb arsenat.
3.      Komponen arsenik seringkali dipakai untuk memberi warna (pigmen) dan agen pemurni dalam pabrik gelas
4.      Sebagai bahan pengawet dalam penyamakan atau pengawet kapas, ataupun sebagai herbisida.
5.      Bahan kimia copper acetoarsenit terkenal sebagai bahan pengawet kayu.
6.      Bahan arsenilik digunakan dalam obat-obatan hewan maupun bahan tambahan makanan hewan.
7.      Gas arsen dan komponen arsenik lainnya seringkali digunakan dalam industri mikroelektronik dan industri bahan gallium arsenide.
C. Paparan Arsen Terhadap Tempat Kerja dan Lingkungan
Paparan arsen di tempat kerja terutama dalam bentuk arsenik trioksid dapat terjadi pada industri pengecoran Pb (timbal), coper (tembaga), emas maupun logam non besi yang lain.. Beberapa industri yang juga mempunyai potensi untuk memberi paparan bahan kimia arsen adalah industri pestisida atau herbisida,  industri bahan pengawet, industri mikro elketronik dan industri farmasi atau obat-obatan. Pada industri tersebut, arsenik trioksid dapat bercampuran dengan debu, sehingga udara dan air di industri pestisida dan kegiatan peleburan mempunyai risiko untuk terpapar kontaminan arsen. Paparan yang berasal dari “bukan tempat kerja” (non occupational exposure) adalah air sumur, susu bubuk, saus dan minuman keras yang terkontaminasi arsen serta asap rokok.
D. Absorbsi, Metabolisme dan Eksresi Arsen
Bahan kimia arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan makanan, saluran pernafasan serta melalui kulit walaupun jumlahnya sangat terbatas. Arsen yang masuk ke dalam peredaran darah dapat ditimbun dalam organ seperti hati, ginjal, otot, tulang, kulit dan rambut.
Arsenik trioksid yang dapat disimpan di kuku dan rambut dapat mempengaruhi enzim yang berperan dalam rantai respirasi, metabolisme glutation ataupun enzim yang berperan dalam proses perbaikan DNA yang rusak.  Didalam tubuh arsenik bervalensi lima dapat berubah menjadi arsenik bervalensi tiga. Hasil metabolisme dari arsenik bervalensi 3 adalah asam dimetil arsenik dan asam mono metil arsenik yang keduanya dapat diekskresi melalui urine.
Gas arsin terbentuk dari reaksi antara hidrogen dan arsen yang merupakan hasil samping dari proses refining (pemurnian logam) non besi (non ferrous metal). Keracunan gas arsin biasanya bersifat akut dengan gejala mual, muntah, nafas pendek dan sakit kepala. Jika paparan terus berlanjut dapat menimbulkan gejala hemoglobinuria dan anemia, gagal ginjal dan ikterus (gangguan hati).
E. Gejala Klinik Keracunan Arsen
Menurut Casarett dan Doull’s (1986), menentukan indikator biologi dari keracunan arsen merupakan hal yang sangat penting. Arsen mempunyai waktu paruh yang singkat (hanya beberapa hari), sehingga dapat ditemukan dalam darah hanya pada saat terjadinya paparan akut. Untuk paparan kronis dari arsen tidak lazim dilakukan penilaian.
Dalam paparan keracunan Arsen disebabkan 2 hal yaitu :
a.       Paparan akut
Paparan akut dapat terjadi jika tertelan (ingestion) sejumlah 100 mg As. Gejala yang dapat timbul akibat paparan akut adalah mual, muntah, nyeri perut, diarrhae, kedinginan, kram otot serta oedeme dibagian muka (facial).
Paparan dengan dosis besar dapat menyebabkan koma dan kolapsnya peredaran darah. Dosis fatal adalah jika sebanyak 120 mg arsenik trioksid masuk ke dalam tubuh.
b.      Paparan kronis
Gejala klinis yang nampak pada paparan kronis dari arsen adalah peripheral neuropathy (rasa kesemutan atau mati rasa), lelah, hilangnya refleks, anemia, gangguan jantung, gangguan hati, gangguan ginjal, keratosis telapak tangan maupun kaki, hiperpigmentasi kulit dan dermatitis. Gejala khusus yang dapat terjadi akibat terpapar debu yang mengandung arsen adalah nyeri tenggorokan serta batuk yang dapat mengeluarkan darah akibat terjadinya iritasi. Seperti halnya akibat terpapar asap rokok, terpapar arsen secara menahun dapat menyebabkan terjadinya kanker paru.
F. Pemeriksaan Laboratorium yang Perlu dilakukan:
1.      Pemeriksaan darah
Pada keracunan akut maupun kronis dapat terjadinya anemia, leukopenia, hiperbilirubinemia.
2.      Pemeriksaan urine
Pada keracunan akut dan kronis dapat terjadi proteinuria, hemoglobinuria maupun hematuria.
3.      Pemeriksaan fungsi hati
Pada keracunan akut dan kronis dapat terjadi peningkatan enzim transaminase serta bilirubin.
4.      Pemeriksaan jantung
Pada keracunan akut dan kronis dapat terjadi gangguan ritme maupun konduksi jantung.
5.      Pemeriksaan kadar arsen dalam tubuh
Arsenik dalam urine merupakan indikator keracunan arsen yang terbaik bagi pekerja yang terpapar arsen.
          Normal kadar arsen dalam urine kurang dari 50ug/L Kadar As dalam rambut juga merupakan indikator yang cukup baik untuk menilai terjadinya karacunan arsen. Normal kadar As dalam rambut kurang dari 1mug/kg. Walaupun tidak ada pemeriksaan biokimia yang spesifik untuk melihat terjadinya keracunan arsen, namun gejala klinik akibat keracunan As yang dihubungkan dengan mempertimbangkan sejarah paparan merupakan hal yang cukup penting. Perlu diingat bahwa seseorang dengan kelainan laboratorium seperti di atas tidak selalu disebabkan oleh terpapar atau keracunan arsen. Banyak faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan seperti di atas.
G. Pencegahan Terjadinya Paparan Arsen
Usaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara umum  adalah pemakaian alat proteksi diri bagi semua individu yang mempunyai potensi terpapar oleh arsen. Alat proteksi diri tersebut misalnya :
1.      Masker yang memadai
2.      Sarung tangan yang memadai
3.      Tutup kepala
4.      Kacamata khusus
Usaha pencegahan lain adalah melakukan surveilance medis, yaitu pemeriksaan kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap tahun. Jika keadaan dianggap luar biasa, dapat dilakukan biomonitoring arsen di dalam urine. Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari kadar arsen yang berlebihan adalah perlu dilakukan pemeriksaan kualitas udara (indoor), terutama kadar arsen dalam patikel debu.
Pemeriksaan kualitas udara tersebut setidaknya dilakukan setiap tiga bulan. Ventilasi tempat kerja harus baik, agar sirkulasi udara dapat lancar.
H. Pengobatan Keracunan Arsen
Pada keracunan arsen akibat tertelan arsen, tindakan yang terpenting adalah merangsang refleks muntah. Jika penderita tidak sadar (shock) perlu diberikan infus. Antdote untuk keracunan arsen adalah injeksi dimerkaprol atau BAL (British Anti Lewisite).
I.Prognosis
     Pada keracunan akut, jika dilakukan penanganan dengan baik dan penderita dapat bertahan, maka akan kembali normal setelah sekitar 1 minggu atau lebih. Pada keracunan kronis akan kembali normal dalam waktu 6 – 12 bulan.
Keracunan arsen merupakan masuk sesuatu ke tubuh yang mengakibatkan kerusakan pada berbagai jaringan tubuh. Pada keracunan arsen ada beberapa alasan mengapa racun ini banyak dipergunakan untuk  pembunuh, yaitu :
1.      Sifat racunnya yang tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau, membuat racun ini relatif tidak mudah diketahui oleh korbannya jika arsen dicampurkan pada makanan dan minuman.
2.      Racun ini mempunyai efek seperti penyakit biasa, terutama penyakit muntaber, sehingga pembunuhnya seringkali dapat mengelabui orang lain, yang menduga korban meninggal karena penyakit muntaber atau kolera. Kenyataannya, memang banyak dokter dan keluarga korban yang terkecoh menyangka korban meninggal karena penyakit muntaber dan bukan karena diracun, apalagi  jika kejadian muntebernya telah berlangsung lama dan berulang kali. Akan tetapi, seorang dokter yang berpengalaman dan waspada, tidak mudah terkecoh, dan akan memikirkan kemungkinan keracunan arsen pada kasus tersebut.
3.      Racun ini mudah diperoleh.  Sebagai suatu bahan kimia yang umum atau biasa digunakan untuk membasmi hama, racun ini mudah diperoleh di toko kimia dan toko pertanian sehingga mudah diperoleh dan disalahgunakan oleh orang yang   punya  niat jahat. Orang di daerah Jawa misalnya, dapat dengan mudah membeli warangan di toko kimia, karena bahan ini merupakan bahan yang  banyak digunakan  untuk mencuci keris.
            Meskipun demikian, dalam sejarahnya arsen sebenarnya bukanlah merupakan racun yang sempurna karena sebagai racun arsen tidak terlalu  efektif. Ini artinya, tindakan meracuni  orang dengan menggunakan arsen belum tentu berhasil menyebabkan kematian pada korbannya.
 Efek kematian yang terjadi pada arsen biasanya terjadi lambat (tidak seketika) dan menimbulkan nyeri hebat pada korban, sehingga kondisi tersebut  mudah menimbulkan kecurigaan orang.
Arsen juga bukan racun yang ideal karena ia merupakan racun yang mudah dideteksi. Adanya penimbunan arsen di dalam jaringan rambut dan kuku, yang merupakan jaringan yang tahan pembusukan, membuat  riwayat peracunan arsen dapat dibuktikan, bahkan juga pada kasus dengan korban yang sudah tinggal tulang belulang sekalipun. Dengan melakukan pemeriksaan  rambut secara fragmental dari  pangkal sampai ke ujung, dan dengan memperhitungkan kecepatan pertumbuhan rambut, dokter forensik dapat menentukan sudah berapa lama dan berapa sering korban diracun sebelum akhirnya meninggal dunia.
Adapun beberapa kasus atau contoh dari keracunan arsen, namun contoh yang kami dapatkan tidak menemukan kasus yang terjadi ditempat kerja yaitu :
Contoh ini merupakan keracunan arsen pada petani dan pekerja kebun. Karena lebih mudah terpapar arsen. Salah  satu kasus penelitian ini dilakukan di sebuah pusat penelitian antar bangsa oleh Carlos seorang pekerja ladang semenjak tahun 1977 hingga 1990. Terpaparnya berbagai jenis racun termasuk arsen dalam jangka waktu tersebut. Sebelumnya korban ini dinyatakan mengidap penyakit leukemia yang disebabkan oleh pekerjaannya. Proses keracunan ini terjadi melalui saluran pernapasan, ketika petani menyemprotkan pestisida, maka pestisida itu dengan mudah terhirup oleh si petani. Dimana didalam peptisida tersebut mengandung arsen yang secara tidak langsung terhirup dan masuk kesaluran pernafasan.
Untuk kasus yang kedua ini, kami mengambil contoh mengenai keracunan pada saat makan. Dimana, kasus ini korban meninggal setelah makan udang. Peristiwa  ini terjadi di Manado, yang korbanya adalah seorang wanita. Tiba-tiba wanita ini  meninggal mendadak dengan mengalami ciri-ciri, dimana lima panca inderanya mengeluarkan darah.
Setelah diselidiki ternyata wanita ini meninggal bukan karena bunuh diri atau dibunuh, melainkan akibat ketidaktahuan tentang racun akibat makanan yang dikonsumsinya. Sebelumnya wanita ini terbiasa mengkonsumsi vitamin C setiap hari. Keracunan arsen terjadi saat wanita ini sedang memakan udang. 
Dimana, dalam udang tersebut mengandung  sebuah zat yaitu Arsenic Pentoxide (As2O5), yang berhubungan dengan Vitamin C.  Dimana proses keracunan ini terjadi, dari reaksi kimia di dalam perut yang membuat As2O5 berubah menjadi Arsenic Trioxide (As2O3) yang menjadi beracun. Sehingga masuk ke dalam tubuh dan menyerang bagian organ dalam tubuh yang mengakibatkan hati, jantung, ginjal, pembuluh darah menjadi rusak, usus yang mengeluarkan cairan darah, tidak hanya pembuluh dalam menjadi rusak, namun  membuat pembuluh darah juga melebar, sehingga wanita itu meninggal. Keracunan arsen juga dapat masuk melalui makanan dan vitamin, yang masuk ke dalam tubuh dan mengakibatkan kerusakan pada berbagai jaringan. Maka perlunya memperhatikan makanan yang dikonsumsi, agar tidak mengalami keracunan yang terjadi pada contoh diatas.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

halo kak.. maaf apa boleh minta pustaka/sumber buku atau jurnal tentang artikel arsen yang kakak buat ini? thanks

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates