BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sistem pernapasan atau sistem
respirasi adalah sistem organ yang digunakan
untuk pertukaran gas. Pada hewan berkaki empat, sistem pernapasan
umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga
mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan pada berbagai
jenis makhluk hidup. Bahkan pohon pun
memiliki sistem pernapasan.
Pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai
dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di
dalam tubuh. Menusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan
membuang karbondioksida ke lingkungan.
Respirasi dapat dibedakan atas dua
jenis, yaitu :
1. Respirasi Luar yang merupakan
pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.
2. Respirasi Dalam yang merupakan
pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tubuh.
Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang
napas ke udara dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu :
1. Respirasi / Pernapasan Dada
2. Respirasi / Pernapasan Perut
Dengan melakukan study pustaka
tentang sistem pernapasan atau sistem respirasi kita dapat mengetahui
proses-proses pernapasan serta kelainan-kelainannya.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari
respirasi
2. Untuk mengetahui fungsi dari sistem respirasi
3. Untuk mengetahui organ – organ yang berperan dalam proses
respirasi
4. Untuk mengetahui mekanisme respirasi pada manusia
5. Untuk mengetahui mekanisme
pertukaran gas pada proses respirasi
6. Untuk
mengetahui tahap – tahap dalam respirasi
7. Untuk
mengetahui faktor – faktor pengedali respirasi
8. Untuk
mengetahui volume dan kapasitas paru - paru
9. Untuk
mengetahui kelainan – kelainan pada sistem respirasi
C. Manfaat
Dari
penelitian pustaka tentang sistem pernapasan atau sistem respirasi, kami
mendapatkan banyak pengetahuan tentang proses pernapasan, saluran pernapasan
serta kelainan yang ada. Dan kami dapat mengetahui cara mengendalikan
pernapasan.
D. Batasan Masalah
Dalam
melakukan penelitian pustaka yang berjudul “Sistem Respirasi“, kami mendapatkan banyak
informasi dari beberapa buku sehingga kami dapat menarik garis besar dari
informasi tersebut, dan dapat menuliskan dalam makalah kami.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Sistem Respirasi
Sistem respirasi merupakan sistem yang
berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dalam
tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan homeostasis. Fungsi ini disebut
sebagai respirasi. Sistem pernapasan dimulai dari rongga hidung/mulut hingga ke
alveolus, di mana pada alveolus terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida
dengan pembuluh darah.
Respirasi adalah suatu proses mulai dari
pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida hingga penggunaan energi di
dalam tubuh.
B. Fungsi Sistem Respirasi
Setiap sistem yang ada dalam tubuh manusia
khususnya, tentunya memiliki peranan dan fungsinya masing - masing. Sistem
pernapasan pun demikian, Sistem ini juga mempunyai fungsi tersendiri bagi tubuh
yang sudah terkoordinir oleh saluran dan organ tertentu sesuai perintah otak.
Fungsi sistem pernapasan
itu sendiri antara lain sebagai berikut:
2. Sistem
pernapasan digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di
mana terjadi pertukaran gas.
3. Berfungsi
untuk mengabsorbsi oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dalam tubuh yang
bertujuan untuk mempertahankan homeostasis.
C. Organ-organ Sistem Respirasi
Organ-organ sistem pernapasan pada manusia
meliputi hidung, faring, laring, trakea, paru-paru (bronkus,brokiolus dan
alveolus). Berikut penjelasannya :
1. Rongga Hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya
akan pembuluh darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua
sinus yang mempunyai lubang masuk kedalam rongga hidung. Daerah pernapasan
dilapisi epitelium silinder dan sel spitel berambut yang mengandung sel cangkir
atau sel lendir. Sekresi sel itu membuat permukaan nares basah dan berlendir.
Di atas septum nasalis dan konka, selaput lendir ini paling tebal. Tiga tulang
kerang (konka) yang diseliputi epitelium pernapasan, yang menjorok dari dinding
lateral hidung ke dalam rongga, sangat memperbesar permukaan selaput lendir
tersebut. Sewaktu udara melalui hidung, udara disaring oleh bulu-bulu yang
terdapat di dalam vestibulum. Karena kontak dengan permukaan lendir yang
dilaluinya, udara menjadi hangat, dan karena penguapan air dari permukaan
selaput lendir, udara menjadi lembap. Hidung menghubungkan lubang-lubang sinus
udara paranasalis yang masuk ke dalam rongga-rongga hidung, dan juga
menghubungkan lubang-lubang nasolakrimal yang menyalurkan air mata dari mata ke
dalam bagian bawah rongga nasalis, ke dalam hidung.
2. Faring
Faring (tekak) adalah pipa
berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan
usofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang hidung
(nasofaring), di belakang mulut (orofaring) dan di belakang laring
(faring-laringeal). Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofaring) pada bagian
depan dan saluran pencernaan (orofaring) pada bagian belakang. Udara
dari rongga hidung masuk ke faring. Faring berbentuk seperti tabung corong,
terletak di belakang rongga hidung dan mulut Faring berfungsi sebagai jalannya udara
dan makanan.
3.
Laring
Laring atau tekak (jakun) terdapat di bagian
belakang (posterior) faring. Organ ini terdiri atas 9 susunan tulang rawan
(kartilago) yang berbentuk kotak. Laring merupakan bagian yang menghubungkan
faring dengan trakea. Pada lamina
propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang
berfungsi sebagai katup yang mencegah masuknya makanan dan sebagai alat
penghasil suara pada fungsi fonasi. Epiglotis merupakan juluran dari tepian
laring, meluas ke faring dan memiliki permukaan lingual dan laringeal. Bagian
lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis,
sedangkan permukaan laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat
bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa
dan serosa.
Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua
lipatan yang meluas ke dalam lumen laring: pasangan lipatan atas
membentuk pita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri
dari epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah
membentuk pita suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis
gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot rangka).
Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang
berbeda-beda.
4. Trakea
Tenggorokan berupa pipa yang
panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga
dada.
Dinding trakea terdiri atas 3 lapisan,
lapisan dalam berupa epithel bersilia dan berlendir. Lapisan tengah tersusun
atas cincin tulang rawan dan berotot polos. lapisan luar tersusun atas jaringan
ikat. Cincin tulang rawan berfungsi untuk mempertahankan bentuk pipa dari
batang tenggorokkan, sedangkan selaput lendir yang sel-selnya berambut getar
berfungsi menolak debu dan benda asing yang masuk bersama udara pernapasan. Akibat
tolakan secara paksa tersebut kita akan batuk atau bersin.
5. Bronkus
Bronkus tersusun atas percabangan, yaitu
bronkus kanan dan kiri. Letak bronkus kanan dan kiri agak berbeda. Bronkus
kanan lebih vertikal daripada kiri. Karena strukturnya ini, sehingga bronkus
kanan akan mudah kemasukan benda asing. Mukosa
bronkus secara struktural mirip
dengan mukosa trakea, dengan lamina propria yang mengandung kelenjar serosa , serat elastin, limfosit dan
sel otot polos. Tulang
rawan pada bronkus lebih tidak teratur dibandingkan pada trakea;
pada bagian bronkus yang lebih besar, cincin tulang rawan mengelilingi seluruh
lumen, dan sejalan dengan mengecilnya garis tengah bronkus, cincin tulang rawan
digantikan oleh pulau-pulau tulang
rawan hialin. Bronkus kemudian
bercabang lagi sebanyak 20–25 kali percabangan membentuk bronkiolus. Pada ujung bronkiolus
inilah tersusun alveolus yang berbentuk seperti buah anggur.
6. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan percabangan bronkus yang
banyak mengandung otot polos. Bronkiolus tidak memiliki tulang rawan dan kelenjar pada mukosanya. Lamina
propria mengandung otot polos dan
serat elastin. Pada segmen awal hanya terdapat sebaran sel goblet dalam
epitel. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya adalahepitel bertingkat silindris bersilia,
yang makin memendek dan makin sederhana sampai menjadi epitel selapis silindris bersiliaatau selapis kuboid pada bronkiolus terminalis yang
lebih kecil. Terdapat sel Clara pada epitel bronkiolus terminalis, yaitu sel
tidak bersilia yang memiliki granul sekretori dan mensekresikan protein
yang bersifat protektif. Terdapat juga badan neuroepitel yang kemungkinan
berfungsi sebagai kemoreseptor.
7. Paru – paru
(Pulmo)
Organ yang berperan penting dalam proses
pernapasan adalah paru-paru. Paru-paru merupakan organ tubuh yang terletak pada
rongga dada, tepatnya di atas sekat diafragma. Diafragma adalah sekat rongga badan yang membatasi rongga
dada dan rongga perut. Paru-paru terdiri atas dua bagian, paru-paru kanan dan
paru-paru kiri. Paru-paru kanan memiliki tiga gelambir yang berukuran lebih
besar daripada paru-paru sebelah kiri yang memiliki dua gelambir. Paru-paru
dibungkus oleh dua lapis selaput paru-paru yang disebut pleura.
Semakin ke dalam, di dalam paru-paru akan
ditemui gelembung halus kecil yang disebut alveolus. Jumlah alveolus pada paru-paru kurang lebih 300 juta
buah. Adanya alveolus ini menjadikan permukaan paru-paru lebih luas.
Diperkirakan, luas permukaan paru - mparu sekitar 160 m2. Dengan
kata lain, paru-paru memiliki luas permukaan sekitar 100 kali lebih luas
daripada luas permukaan tubuh. Dinding alveolus mengandung kapiler darah.
Oksigen yang terdapat pada alveolus berdifusi menembus dinding alveolus, lalu
menem bus dinding kapiler darah yang mengelilingi alveolus. Setelah itu, masuk
ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat di dalam sel
darah merah sehingga terbentuk oksihemoglobin (HbO2). Akhirnya,
oksigen diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Setelah sampai ke dalam sel-sel
tubuh, oksigen dilepaskan sehingga oksihemoglobin kembali menjadi hemoglobin.
Oksigen ini digunakan untuk oksidasi.
Karbon dioksida yang dihasilkan dari
respirasi sel diangkut oleh plasma darah melalui pembuluh darah menuju ke
paru-paru. Sesampai di alveolus, CO2 menembus dinding pembuluh darah
dan dinding alveolus. Dari alveolus karbondioksida akan disalurkan menuju
hidung untuk dikeluarkan. Jadi proses pertukaran gas sebenarnya berlangsung di
alveolus.
8. Alveolus
Alveolus merupakan struktur berongga tempat
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah. Septum
interalveolar memisahkan dua alveolus yang berdekatan, septum tersebut terdiri
atas 2 lapis epitel gepeng tipis dengan kapiler, fibroblas, serat elastin,
retikulin, matriks dan sel jaringan ikat.
Terdapat sel alveolus tipe 1 yang melapisi
97% permukaan alveolus, fungsinya untuk membentuk sawar dengan ketebalan yang
dapat dilalui gas dengan mudah. Sitoplasmanya mengandung banyak vesikel
pinositotik yang berperan dalam penggantian surfaktan (yang dihasilkan oleh sel
alveolus tipe 2) dan pembuangan partikel kontaminan kecil. Antara sel alveolus
tipe 1 dihubungkan oleh desmosom dan taut kedap yang mencegah perembesan cairan
dari jaringan ke ruang udara.
Sel alveolus tipe 2 tersebar di antara sel
alveolus tipe 1, keduanya saling melekat melalui taut kedap dan desmosom. Sel
tipe 2 tersebut berada di atas membran basal, berbentuk kuboid dan dapat
bermitosis untuk mengganti dirinya sendiri dan sel tipe 1. Sel tipe 2 ini
memiliki ciri mengandung badan lamela yang berfungsi menghasilkan surfaktan
paru yang menurunkan tegangan alveolus paru.
D. Mekanisme
Respirasi
Respirasi adalah suatu proses yang terjadi secara
otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun, karena sistem pernapasan
dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas
maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan
pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara
udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler. Pernapasan dalam adalah
pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh. Masuk
keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam
rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga
dada lebih besar, maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam
rongga dada lebih besar maka udara akan keluar. Sehubungan dengan organ yang
terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi)
maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.
1. Pernafasan Dada
Apabila kita
menghirup dan menghempaskan udara menggunakan pernapasan dada, otot yang
digunakan yaitu otot antartulang rusuk. Otot ini terbagi dalam dua bentuk,
yakni otot antartulang rusuk luar dan otot antartulang rusuk dalam. Saat
terjadi inspirasi, otot antartulang rusuk luar berkontraksi, sehingga tulang
rusuk menjadi terangkat. Akibatnya, volume rongga dada membesar. Membesarnya
volume rongga dada menjadikan tekanan udara dalam rongga dada menjadi
kecil/berkurang, padahal tekanan udara bebas tetap. Dengan demikian, udara
bebas akan mengalir menuju paru-paru melewati saluran pernapasan.
Sementara saat
terjadi ekspirasi, otot antartulang rusuk dalam berkontraksi
(mengkerut/mengendur), sehingga tulang rusuk dan tulang dada ke posisi semula.
Akibatnya, rongga dada mengecil. Oleh karena rongga dada mengecil, tekanan
dalam rongga dada menjadi meningkat, sedangkan tekanan udara di luar tetap.
Dengan demikian, udara yang berada dalam rongga paru-paru menjadi terdorong
keluar.
2. Pernafasan Perut
Pada proses
pernapasan ini, fase inspirasi terjadi apabila otot diafragma (sekat rongga
dada) mendatar dan volume rongga dada membesar, sehingga tekanan udara di dalam
rongga dada lebih kecil daripada udara di luar, akibatnya udara masuk. Adapun
fase ekspirasi terjadi apabila otot-otot diafragma mengkerut (berkontraksi) dan
volume rongga dada mengecil, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih
besar daripada udara di luar. Akibatnya udara dari dalam terdorong ke luar.
E. Mekanisme
Pertukaran Gas dalam Respirasi
Udara lingkungan
dapat dihirup masuk ke dalam tubuh makhluk hidup melalui dua cara, yakni pernapasan secara langsung dan pernapasan tak langsung. Pengambilan
udara secara langsung dapat dilakukan oleh permukaan tubuh lewat proses difusi.
Sementara udara yang dimasukan ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan
dinamakan pernapasan tidak langsung. Saat kita bernapas, udara diambil dan
dikeluarkan melalui paruparu. Dengan lain kata, kita melakukan pernapasan
secara tidak langsung lewat paru-paru. Walaupun begitu, proses difusi pada
pernapasan langsung tetap terjadi pada paru-paru. Bagian paru-paru yang
mengalami proses difusi dengan udara yaitu gelembung halus kecil atau alveolus.
Oleh karena itu, berdasarkan proses terjadinya pernapasan, manusia mempunyai
dua tahap mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida
yang dimaksud yakni mekanisme pernapasan eksternal dan internal.
1. Pernafasan Eksternal
Ketika kita menghirup
udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke dalam paru-paru. Udara
masuk yang mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada
saat yang sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan. Proses
pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara
udara dan darah dalam paru-paru dinamakan pernapasan eksternal.
Saat sel darah merah
(eritrosit) masuk ke dalam kapiler paru-paru, sebagian besar CO2
yang diangkut berbentuk ion bikarbonat (HCO3). Dengan bantuan enzim
karbonat anhidrase, karbondioksida (CO2) air (H2O) yang
tinggal sedikit dalam darah akan segera berdifusi keluar.
Proses difusi dapat terjadi pada paru-paru
(alveolus), karena ada perbedaan tekanan parsial antara udara dan darah dalam
alveolus. Tekanan parsial membuat konsentrasi oksigen dan karbondioksida pada
darah dan udara berbeda.
Tekanan parsial
oksigen yang kita hirup akan lebih besar dibandingkan tekanan parsial oksigen
pada alveolus paru-paru. Dengan kata lain, konsentrasi oksigen pada udara lebih
tinggi daripada konsentrasi oksigen pada darah. Oleh karena itu, oksigen dari
udara akan berdifusi menuju darah pada alveolus paru-paru.
Sementara itu,
tekanan parsial karbondioksida dalam darah lebih besar dibandingkan tekanan
parsial karbondioksida pada udara. Sehingga, konsentrasi karbondioksida pada
darah akan lebih kecil di bandingkan konsentrasi karbondioksida pada udara.
Akibatnya, karbondioksida pada darah berdifusi menuju udara dan akan dibawa
keluar tubuh lewat hidung.
2. Pernafasan Internal
Berbeda dengan
pernapasan eksternal, proses terjadinya pertukaran gas pada pernapasan internal
berlangsung di dalam jaringan tubuh. Proses pertukaran oksigen dalam darah dan
karbondioksida tersebut berlangsung dalam respirasi seluler. Setelah
oksihemoglobi dalam paru-paru terbentuk, oksigen akan lepas, dan selanjutnya
menuju cairan jaringan tubuh. Oksigen tersebut akan digunakan dalam proses
metabolisme sel. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
Proses masuknya
oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga melalui proses difusi. Proses
difusi ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial oksigen dan
karbondioksida antara darah dan cairan jaringan. Tekanan parsial oksigen dalam
cairan jaringan, lebih rendah dibandingkan oksigen yang berada dalam darah.
Artinya konsentrasi oksigen dalam cairan jaringan lebih rendah. Oleh karena
itu, oksigen dalam darah mengalir menuju cairan jaringan.
Sementara itu,
tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah daripada cairan jaringan.
Akibatnya, karbondioksida yang terkandung dalam sel-sel tubuh berdifusi ke
dalam darah. Karbondioksida yang diangkut oleh darah, sebagian kecilnya akan
berikatan bersama hemoglobin membentuk karboksi hemoglobin (HbCO2). Reaksinya sebagai
berikut.
Namun, sebagian besar
karbondioksida tersebut masuk ke dalam plasma darah dan bergabung dengan air
menjadi asam karbonat. Oleh enzim anhidrase, asam karbonat akan segera terurai
menjadi dua ion, yakni ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat. Persamaan
reaksinya sebagai berikut.
CO2 yang diangkut
darah ini tidak semuanya dibebaskan ke luar tubuh oleh paru-paru, akan tetapi
hanya 10% nya saja. Sisanya yang berupa ion-ion bikarbonat yang tetap berada
dalam darah. Ion-ion bikarbonat di dalam darah berfungsi sebagai bufer atau
larutan penyangga. Lebih tepatnya, ion tersebut berperan penting dalam menjaga
stabilitas pH (derajat keasaman) darah.
F. Tahap –
tahap Respirasi
Ada tiga langkah dalam proses respirasi
yaitu ventilasi paru, perfusi paru dan difusi.
1. Ventilasi
Paru
Ventilasi
paru adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru. Ventilasi paru
mencakup gerakan dasar atau kegiatan bernafas atau inspirasi dan ekspirasi.
Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara
intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada saat inspirasi tekanan
intrapleural lebih negatif (752 mmHg) dari pada tekanan atmosfer (760 mmHg)
sehingga udara akan masuk ke alveoli.
Hukum Boyle’s :
Hukum Boyle’s :
Jika volume meningkat maka tekanan menurun
Jika volume menurun maka tekanan meningkat
Kepatenan ventilasi tergantung pada faktor :
a. Kebersihan
jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas akan menghalangi masuk
dan keluarnya udara dari dan ke paru.
b. Adekuatnya
sistem saraf pusat dan pusat pernafasan.
c. Adekuatnya
pengembangan dan pengempisan paru-paru
d. Kemampuan
otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosta, internal interkosta,
otot abdominal.
2. Perfusi
Paru
Perfusi paru
adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana
pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri
pulmonaris dari ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian
respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di
kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung.
Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah
yang besar sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan
volume atau tekanan darah sistemik.
Adekuatnya pertukaran gas dalam paru dipengaruhi oleh keadaan ventilasi dan perfusi. Pada orang dewasa sehat pada saat istirahat ventilasi alveolar (volume tidal = V) sekitar 4,0 lt/menit, sedangkan aliran darah kapiler pulmonal (Q) sekitar 5,0 lt/menit, sehingga rasio ventilasi dan perfusi adalah :
Alveolar ventilasi (V) = 4,0 lt/mnt = 0,8
Adekuatnya pertukaran gas dalam paru dipengaruhi oleh keadaan ventilasi dan perfusi. Pada orang dewasa sehat pada saat istirahat ventilasi alveolar (volume tidal = V) sekitar 4,0 lt/menit, sedangkan aliran darah kapiler pulmonal (Q) sekitar 5,0 lt/menit, sehingga rasio ventilasi dan perfusi adalah :
Alveolar ventilasi (V) = 4,0 lt/mnt = 0,8
Aliran darah kapiler pulmonar(Q) 5,0 lt/mnt
Besarnya
rasio ini menunjukkan adanya keseimbangan pertukaran gas. Misalnya jika ada
penurunan ventilasi karena sebab tertentu maka rasio V/Q akan menurun sehingga
darah yang mengalir ke alveolus kurang mendapatkan oksigen. Demikian halnya
dengan jika perfusi kapiler terganggu sedangkan ventilasinya adekuat maka
terjadi penigkatan V/Q sehingga daya angkut oksigen juga akan rendah.
3. Difusi
Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan
konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Oksigen terus menerus berdifusi
dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbondioksida (CO2) terus
berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi udara respirasi terjadi antara
alveolus dengan membran kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi
akan mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di
alveoli sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60
mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk dalam darah. Berbeda halnya dengan
CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan alveoli 40 mmHg maka CO2 akan
berdifusi keluar alveoli.
G. Volume dan Kapasitas Paru - paru
Volume dan kapasitas merupakan gambaran fungsi ventilasi sistem
pernapasan. Dengan mengetahui besarnya volume dan kapasitas pernapasan dapat
diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun ada tidaknya kelainan fungsi
ventilasi pada seseorang. Volume pernapasan terdiri atas:
1. Volume
Tidal (VT)
VT adalah volume inspirasi/ekspirasi pada satu kali hembusan napas pada
pernapasan biasa/normal. VT dalam keadaan normal rata-rata 500 ml.
2. Volume Cadangan
Inspirasi (VCI)
VCI adalah volume udara yang masih dapat dihisap ke dalam paru setelah
inspirasi biasa. Nilai normal antara 2500-3500 ml dengan nilai rata-rata 3000
ml.
3. Volume
Cadangan Ekspirasi (VCE)
VCE adalah volume udara yang
masih dapat dikeluarkan dari paru setelah ekspirasi biasa. Nilai normal antara
900-1.300 ml dengan nilai rata-rata 1.000 ml.
4. Volume Residual (VR)
VR adalah volume udara yang masih tertinggal/tetao di dalam paru sesudah
ekspirasi maksimal. Nilai normal antara 1.000-1.400 ml dengan nilai rata-rata
1.200 ml.
5. Volume
Ekspirasi Paksa (Forced Expiratory Volume, FEV)
FEV adalah volume udara yang dapat diekspirasi keluar paru dengan
hembusan napas yang kuat, cepat dan tuntas setelah melakukan inspirasi
sedalam-dalamnya. FEV1 adalah volume ekspirasi paksa selama 1 detik. Biasanya
nilai FEV1 adalah sekitar 80%, artinya, dalam keadaan normal 80% udara yang
dapat dipaksa keluar dari paru yang mengembang maksimum dapat dikeluarkan dalam
1 detik pertama.
Kapasitas Pernapasan merupakan penjumlahan dari dua volume atau lebih.
Kapasitas pernapasan terdiri atas:
1. Kapasitas inspirasi
Kapasitas inspirasi = volume tidal (VT) + Volume cadangan inspirasi
(VCI)
2. Kapasitas
Residu Fungsional (KRF)
KRF = Volume residual (VR) + Volume cadangan inspirasi (VCI)
3. Kapasitas
Vital (VC)
VC adalah volume maksimum
udara yang dapat dikeluarkan selama satu kali bernapas setelah inspirasi
maksimum. VC = VT + VCI + VCE.
4. Kapasitas Paru
Total (KPT)
KPT adalah volume udara maksimum yang dapat ditampung oleh paru. Nilai
rata-ratanya 5.700 ml. KPT = VT + VCI + VCE + VR
H. Pengendalian
Respirasi
Mekanisme respirasi diatur dan dikendalikan oleh
dua faktor utama, yaitu:
1. Kendali Kimiawi
Kendali kimiawi adalah
faktor utama dalam pengendalian dan pengaturan frekuensi, kecepatan dan
dalamnya gerakan pernafasan. Pusat pengendalian ada di kemoreseptor yang mendeteksi
perubahan kadar oksigen, karbondioksida, dan ion hydrogen dalam darah arteri
dan cairan serebrospinalis dan menyebabkan penyesuaian yang tepat antara
frekuensi dan kedalaman respirasi.
a. Kemoreseptor sentral, yaitu neuron yang terletak di permukaan
ventral lateral medulla.
b. Kemoreseptor perifer, terletak di badan aorta dan karotid pada
sistem arteri.
2. Kendali Syaraf
Pernafasan dikendalikan oleh sel-sel saraf
dalam susunan retikularis di batang, terutama pada medulla. Sel-sel ini
mengirim impuls menuruni medulla spinals, kemudian melalui saraf frenkus ke
diafragma, dan melalui saraf-saraf interkostalis ke otot-otot interkostalis.
Jadi pusat pernafasan ialah suatu pusat otomatik di dalam medulla oblongata
yang mengeluarkan impuls eferen ke otot pernafasan impuls aferen yang
dirangsang oleh pemekaran gelembung udara, yang diantarkan oleh saraf vagus ke
pusat pernafasan di dalam medulla.
I. Kelainan pada Sistem Respirasi
Ada beberapa macam kelainan atau gangguan
pada sistem respirasi manusia. Kelainan itu ada beberap faktor yang
menyebabkannya. Macam-macam kelainan
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Asma , penyakit yang terjadi karena brokokonstriksi (penyempitan
saluran pernafasan).
2. Penyempitan saluran pernafasan karena pembengkakan kelemjar limfa.
Terjadi pada penderita asma dam bronkitis.
3. TBC (tuberkulosis), dapat mengganggu prosis difusi oksigen karena
timbulnya bintil-bintil kecil pada dinding alveolus yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis.
4. Dipteri, merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Cyanobacterium diphtheriae.
5. Bermacam-macam radang, antara lain radang pada hidung direbut
renitis, radang pada bronkus disebut bronkitis, radang pada laring disebut
laringitis, dan radang pada pleura disebut pleuritis.
6. Afiksi, ganguan pada
pengangkutan oksigen ke jaringan atau ganguan penggunaan oksigen di jaringan.
7. Emfisima, merupakan penyakit paru-paru degeneratif yang terjadi
karena jaringan paru kehilanga elastisitas sebagai akibat gangguan jaringan
elastik dan kekurangan dinding di antara alveoli.
8. Polip dan amandel , akan menyebabkan penyempitan saluran pernapasan
yang dapat menyebabkan kesan wajah yang disebut dengan wajah Adenoid.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat diambil yaitu:
1. Respirasi
adalah suatu
proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida hingga
penggunaan energi di dalam tubuh.
2. Adapun fungsi
dari respirasi antara lain: sebagai sistem organ yang digunakan untuk
pertukaran gas; digunakan untuk membawa udara ke
dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran
gas; dan berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen dan mengeluarkan karbondioksida
dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan homeostasis.
3. Adapun organ – organ yang berperan dalam
proses respirasi yaitu rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus, paru – paru, dan alveolus.
4. Sehubungan dengan organ yang
terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi)
maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.
5. Berdasarkan proses terjadinya pernapasan,
manusia mempunyai dua tahap mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas oksigen
dan karbon dioksida yang dimaksud yakni mekanisme pernapasan eksternal dan
internal.
6. Mekanisme
respirasi diatur dan dikendalikan oleh dua faktor utama, yaitu kendali kimiawi
dan kendali syaraf.
7. Volume paru -
paru terdiri atas Volume Tidal (VT), Volume Cadangan Inspirasi (VCI), Volume
Cadangan Ekspirasi (VCE), Volume Residual (VR), dan Volume Ekspirasi Paksa (Forced Expiratory Volume, FEV). Sementara itu, kapasitas
paru – paru terdiri dari Kapasitas Inspirasi, Kapasitas Residu Fungsional
(KRF), Kapasitas Vital (VC), dan Kapasitas Paru Total (KPT).
8. Adapun
beberapa kelainan yang terjadi pada
sistem respirasi antara lain asma, TBC, dipteri, afiksi, emfisima, renitis,
bronkitis, pleuritis, polip dan amandel .
B. Saran
Sebaiknya kita selalu menjaga kesehatan organ – organ
respirasi dalam tubuh kita agar tidak terjadi kelainan pada fungsi dari organ –
organ tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Pearce, Evelyn C. 2010.
Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.
Gramedia. Jakarta
Purnomo, Aris. 2010. Anatomi Fisiologi Pernafasan Atas.http://arispurnomo.com.
Diakses pada tanggal 18 Maret 2011 pukul 19.00 WITA.
1 komentar:
penjelasan yang sangat panjang
Posting Komentar